In My Heart

Posted: 16 Februari 2014 in FF BUMSSO
Tag:

In my heart

Cast: Kim sang Bum, Kim so eun, Kim ki bum

 

Genre: Hurt, romance, Friendship

 

Type: Twoshoot

Aku tidak pernah menyangka, jika rasa itu juga menghampiriku. Aku benar – benar tidak menyangka jika engkau mempertemukanku pada sesosok ciptaanmu yang menurutku benar – benar bisa membuatku kembali bersemangat dalam menjalani hari – hariku, yang sebelumnya sudah kuanggap tidak penting lagi. Terimakasih tuhan… sudah mempertemukanku dengannya, seseorang yang benar – benar sangat berarti dalam sisa hidupku ini. Sekalipun aku harus pergi, aku benar – benar tidak akan menyesal. Hanya satu lagi pintaku padamu tuhan… jangan pernah biarkan senyum itu memudar dari wajahnya, walau hanya sebentar…

 

~~~

So eun POV

 

Hari ini, hari dimana aku bisa memulai kembali aktifitas yang sudah beberapa bulan belakangan ini aku tinggalkan. Dengan suasana yang baru, wajah baru dan tempat yang baru. Kuharap semua perubahan ini mampu membuatku kembali bersemangat, walaupun sepertinya, rasanya akan sama saja. tapi paling tidak harus ada sedikit perubahan dari tempat sebelumnya walaupun itu hanya sedikit.

Kulangkahkan kaki kecilku menyusuri lorong demi lorong area tempatku berpijak, sudah terlihat sepi. Tidak ada kegaduhan ataupun keributan di sekitar area ini. mengingat sudah waktunya untuk para penghuni tempat ini melakukan rutinitas mereka. Kupercepat langkah kakiku agar aku segera sampai  ketempat tujuanku. Tapi tanpa sengaja, sebuah hantaman keras sukses membuat tubuhku hilang keseimbangan dan membuatku hampir terjatuh jika saja sebuah tangan kekar seseorang tidak dengan sigap menahan pergelangan tanganku.

Keterkejutanku akan ketiba – tibaan ini membuatku seketika melupakan sejenak apa yang seharusnya dilakukan oleh otak kecilku, sehingga sebuah deheman kecil dari pria yang saat ini ada didepanku sekarang sukses mengembalikanku pada alam kesadaran. “hmm…”

“ma-maaf”. Sesalku menyadari kebodohan yang dilakukan oleh pikiranku.

pria itupun segera melepaskan genggaman erat tanganku hingga membuatku kembali tersadar dan memposisikan tubuhku berdiri sempurna. Tanpa mengatakan sepatah katapun pria itu segera berlari meninggalkan tubuhku yang masih terasa beku dan sulit bergerak. Aliran nafasku terasa tercekat dan hanya sampai ditenggorokkan. Hanya dengan berada di dekat pria tadi – mustahil.

aku masih terpana memperhatikan punggung pria yang baru beberapa waktu lalu berdiri didepanku, memegang tanganku dan saat ini pria itu pun sudah berlalu menghilang dari pandanganku. “dia… terlambat.” Gumamku pelan.

“kim so eun.” Panggil suara dari belakang tubuhku, dan saat ini bisa kulihat seorang wanita berusia kurang lebih 28 tahun itu kini tengah mendekatkan tubuhnya padaku.

“kau benar kim so eun kan.. murid baru pindahan dari jepang itu” perkataan wanita itu terlontar jelas tanpa ada keraguan. Hingga akupun langsung menganggukan kepalaku tanda pernyataan yang baru saja dilontarkannya itu adalah suatu kebenaran.

“aku Kim Ha neul… guru sekaligus yang akan menjadi wali kelasmu nanti, ayo.. kita segera menuju kelas.” Ajak wanita yang mengaku sebagai wali kelasku tersebut. Dan aku pun hanya bisa mengekori langkahnya dari belakang.

Awal pertemuan yang mengejutkan, dan tidak ada satu kalimat pun yang keluar dari bibirmu. (hanya sebuah gumaman, yang tidak menyenangkan) Apakah kau benar – benar sedingin ini? Dan hal itulah yang membuatku semakin bertanya… benarkah aku selalu ada didalam hatimu???

 

So eun POV End

 

~~~

 

Kegugupan kembali menyerang so eun, saat ini so eun benar – benar sangat gugup kala saat ini dirinya sedang berdiri di depan kelas, kelas XI-2 didepan murid – murid yang lain. Semua mata tertuju padanya, dan so eun pun hanya bisa menundukkan kepalanya. Gadis ini terlalu malu untuk berhadapan dengan orang – orang baru. So eun memang tipe orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.

“kau bisa memperkenalkan dirimu sekarang.” Perintah guru kim. Kepadaku dengan nada bicaranya yang benar – benar anggun. Menggambarkan sikap dan kepribadiannya – menurutku.

“na-namaku Kim so eun… ka-kalian bisa memanggilku So eun. A-aku pindahan dari jepang… senang bertemu kalian semua.” Terang so eun dengan terbata – bata, sepertinya kebiasaannya ini masih belum hilang. dan terakhir gadis itupun membungkukkan badannya kepada semua teman – teman yang akan berada sekelas dengannya.

“nah.. karena kau sudah memperkenalkan namamu, bagaimana kalau sekarang kita memulai pelajaran pertama kita… dan….” ada jeda pada kalimat yang terlontar dari bibir guru kim, dengan pandangan mata menatap keseluruh kelas seperti meneliti, hingga akhirnya dia kembali berkata

“so eun, kau bisa duduk dengan…” cukup lama kalimat itu terselesaikan hingga akhirnya kalimat itu terselesaikan dengan penyebutan sebuah nama “kim bum”.

So eun pun segera meneliti setiap penjuru kelas, untuk memastikan dimana tempat yang kosong untuknya duduk. Dan hanya ada satu bangku yang saat ini benar – benar tidak berpenghuni yaitu di bangku deretan paling belakang di pojok kanan. Di samping pria itu…pria yang tadi menabrak tubuh so eun. Dan guru kim menyebutnya dengan nama “kim bum” gumam so eun, sambil melangkahkan kakinya menuju bangku yang akan menjadi miliknya selama dia belajar disini nanti.

Seketika tubuh so eun benar  – benar seperti tidak bisa digerakkan. Ini benar – benar kali pertama bagi so eun berdekatan dengan lawan jenisnya kecuali ayahnya. Bahkan di sekolah terdahulu so eun pun tidak pernah duduk bersebelahan dengan teman pria. Apalagi sampai bersentuhan seperti tadi. Dan pria inilah yang melakukan hal pertama itu. Bahkan dengan orang yang disayangi so eun selain ayahnya pun so eun tidak pernah sedekat ini.

So eun memberanikan diri untuk sedikit menatap pria yang saat ini duduk di sampingnya.  Tentu saja so eun sedikit mempunyai keberanian, karena saat ini fokus pandangan kim bum tertuju pada entahlah apa itu.. yang pasti sesuatu yang ada dilangit biru. Pemandangan yang membuat pria itu begitu serius dan seperti tidak ingin mengalihkan pandangan matanya keluar jendela.

“berhenti menatapku… aku tidak ingin kau terpesona dengan wajah tampanku.”

Seketika semburat merahpun keluar dari kedua pipi putih milik so eun, hingga membuat gadis itu hanya mampu menundukkan kepalanya. Jantungnya benar – benar berdetak lebih cepat dari biasanya. So eun kira kim bum tidak akan menyadari apa yang tadi gadis itu lakukan, tapi ternyata dugaan itu salah besar.

Kim bum menyadari kelancangan so eun tersebut, hingga kini so eun bisa melihat dari sudut matanya ketika kim bum tengah mentapnya dengan pandangan yang tidak terdefinisikan.

“ma-maaf… ma-maafkan aku..” bisik so eun, dengan suara yang benar – benar pelan. Bahkan so eun sendiri pun tidak yakin jika kim bum mendengarnya. Sepertinya gadis ini benar – benar terlalu malu dengan apa yang baru saja dia lakukan tadi.

Kim bum segera mengalihkan pandangan matanya pada so eun yang masih terlihat menundukkan kepalanya, dan kembali memandangi langit biru dari balik jendela. Tanpa siapapun sadari ada seulas senyuman tersungging dari bibir tipis milik pria dingin itu. Walaupun hanya sekilas dan tidak terlihat oleh siapapun tapi itu benar – benar senyum yang sangat menawan.

Sudah hampir satu bulan so eun belajar di sekolah barunya, masih belum ada perubahan yang mengejutkan. Perubahan apapun, dari sebuah pertemanan sampai dengan percintaan. Sepertinya ini akan menjadi hal yang membosankan juga seperti sebelumnya. Apa tidak ada yang menyenangkan untuk so eun saat ini. Gadis itu sudah mati – matian merengek pada ayahnya agar memasukkan kembali dirinya ke sekolah, setidaknya belajar disekolah lebih menyenangkan dari pada harus selalu menjadi anak rumahan dengan harus mengikuti home schooling yang di jalaninya lebih dari dua tahun ini.

Bug… bug… bug…

So eun mengalihkan pandangannya pada sebuah buku yang sedari tadi menemaninya di tempatnya saat ini berada. Gadis itu sedang membaca sebuah novel romance sambil mendudukkan dirinya di bawah pohon besar yang sangat rindang. Sebuah suara aneh yang sepertinya terdengar tak jauh dari tempatnya saat ini.. yaa saat ini so eun sedang berada di halaman belakang sekolah, menyendiri.. tentu saja tidak, gadis ini hanya berusaha menikmati kesenderiannya saja. tidak bermaksud untuk menjaga jarak pada siapapun.

Bug… bug… braaakkkk… suara kali ini benar – benar lebih keras dari sebelumnya, hingga membuat so eun benar – benar terusik. Walaupun so eun sedikit takut, tapi gadis itu benar – benar melangkahkan kakinya untuk mencari dimana sumber suara itu berasal. Setidaknya so eun harus benar – benar meyakinkan hatinya bahwa suara itu bukanlah suara perkelahian atau apapun yang membahayakan.

“benarkah suaranya berasal dari sini?” tanya so eun pada dirinya sendiri. So eun mengehentikan  langkahnya, sedikit takut dan tidak yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Benarkah so eun harus memastikan suara apa yang baru saja didengarnya tadi.

Hingga so eun baru sadari kini dirinya sudah berada di depan mulut pintu sebuah ruangan kosong yang cukup lebar tanpa pintu. Dan bisa so eun lihat dengan kedua matanya langsung apa yang sedang terjadi di dalam ruangan tersebut.

“a-appa.. yang, kaa-lian la-lakukan di..sini?” tanya so eun dengan terbata – bata dengan volume suara yang bisa di bilang lumayan cukup jelas di dengar oleh beberapa siswa yang ada di dalam ruangan tersebut. Dan suara so eun tadi pun sukses membuat semua mata siswa yang ada di dalam ruangan tersebut mengarahkan tatapan tajamnya pada so eun, karena sepertinya so eun sudah mengganggu aktifitas mereka.

Bodoh… so eun benar – benar bodoh, seharusnya so eun tidak perlu menimbulkan suara dan pergi saja dari tempat ini. Dengan seperti ini pasti so eun dalam masalah besar, apalagi kala saat ini so eun tengah bertemu pandang dengan sosok itu, sesosok pria yang sangat dingin dan terkesan menyeramkan.

So eun benar – benar merutuki kebodohannya dan harus segera berlari meninggalkan tempat tersebut sehingga dia tidak harus bermasalah dengan pria itu. Setidaknya so eun pasti akan tutup mulut dengan apa yang baru saja dilihatnya, karena yang pasti so eun benar – benar tidak ingin ambil resiko apapun untuk hal semacam itu.

So eun berlari meninggalkan tempat tersebut, pikirannya masih terbayang – bayang dengan kejadian yang baru saja dilihatnya. Seperti mimpi, pria itu benar – benar seperti sesosok monster yang sangat menyeramkan. So eun benar – benar tidak menyangka dengan apa yang baru saja di lihatnya. Benarkah pria itu melakukannya. Apa masalahnya sehingga pria itu sebegitu teganya memukuli siswa tadi. Tiga lawan satu benar – benar tidak masuk akal – pikir so eun, sambil mempercepat langkah kakinya.

“yaa… berhenti.” Deg… degup jantung so eun seakan berhenti berdetak saat ini juga. Pria itu mengejarnya. Mengejar so eun – ah, tentu saja bagaimana tidak. Bagaimana bisa so eun berfikir pria itu akan membiarkan so eun lolos begitu saja. mati kau so eun…

~~~

Kim bum yang terlihat benar – benar emosi langsung menumpahkan semua kemarahannya pada pria yang saat ini berada di depannya. Kim bum kembali mencengkram kerah kemeja pria tersebut dan kembali melemparkan pukulannya tepat diwajah pria tersebut dan dengan dorongan kuat dari kim bum. pria itu pun juga langsung terbentur ke dinding yang ada di belakang tubuhnya saat ini.

Belum merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya, kim bum pun hendak melangkahkan kakinya mendekati siswa yang nampaknya sudah tidak berdaya itu. Tapi niatnya tersebut harus terhenti ketika dia mendengar sebuah seruan sialan yang benar – benar harus menghentikan aksinya saat ini “a-appa.. yang, kaa-lian la-lakukan di..sini?”.

Brengsekk.. maki kim bum dalam hati, siapa yang dengan berani menghentikan aksinya ini..apa orang itu ingin cari masalah dengan kim bum, apa orang itu tidak tau bahwa saat ini kim bum sedang menikmati permainannya. Dengan geram kim bum pun mengalihkan pandangan matanya kepada orang yang dengan beraninya mengusik kesenangannya. Dengan tatapan tajam dan sorot mata penuh ketidak sukaan, kim bum pun bisa melihat seorang gadis tengah bediri di depan mulut pintu ruangan tempat dirinya berada saat ini. Bisa kim bum lihat saat ini, bahwa tubuh gadis itu terlihat gemetar dan ketakutan.

“menyusahkan…” gumam kim bum ketika menyadari pergerakan dari gadis tersebut, sepertinya gadis itu ingin melarikan diri dari tempat ini.

“biarkan saja.. gadis itu tidak mungkin melaporkan hal ini pada siapapun.” Ucap min hoo, pada kim bum yang nampak terganggu dengan kehadiran gadis yang baru saja memergoki aksi bodohnya tersebut.

Sepertinya pernyataan yang diberikan lee min hoo pada kim bum itu tidak membuat kim bum mengalihkan pandangan matanya pada tempat dimana tadi gadis itu berdiri. Ada apa dengan kim bum, bukankah gadis itu sudah pergi, lalu apa yang dilihatnya sekarang.

Jung il woo yang menyadari perubahan pada diri sahabatnya itu, segera menyadari apa yang saat ini harus dilakukannya. Il woo tersenyum sebelum dia benar – benar mengeluarkan kalimatnya untuk sang sahabat “kau selalu memberikan kita berdua sisa… kim bum-ah.”

Tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya ini, kim bum pun segera mengarahkan pandangannya pada sang sahabat, pandangan bertanya – bertanya akan maksud dari ucapan sang sahabat.

“berhenti menatapku seperti itu dan pergilah sebelum gadis itu semakin jauh berlari…. biar kita berdua yang membereskan tikus kecil ini.” Perintah il woo, sambil mengedipkan sebelah matanya pada kim bum.

Min hoo yang baru saja menyadari akan maksud dari ucapan il woo pun segera mendorong tubuh kim bum agar sahabat yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya itu segera pergi meninggalkan tempatnya saat ini “sepertinya.. gadis itu benar – benar akan melaporkanmu pada kakakmu.”

Dan tanpa pikir panjang lagi, kim bum pun segera berlari untuk menyusul gadis yang dimaksud oleh kedua sahabatnya tadi. Sepertinya kim bum benar – benar tidak ingin kehilangan jejak gadis tersebut mengingat betapa cepatnya dia berlari untuk mengejar gadis yang sudah mengacaukan aksinya barusan.

Kim bum sedikit mengatur deruan nafasnya yang terdengar tidak beraturan akibat dia yang terlalu kencang berlari. Ada sedikit kelegaan dihatinya kala apa yang sedang dicarinya kini tengah berada didepannya. Ada sedikit senyum yang mengembang di wajah dinginnya kala melihat sesuatu itu benar – benar sudah berada didekatnya. Bukan sesuatu sebenarnya lebih tepatnya seseorang… dan hanya dengan dua kata “yaa… berhenti.” Sukses membuat orang tersebut menghentikan langkahnya.

Kim bum mendekati tubuh gadis yang saat ini berdiri tak jauh dari dirinya tersebut, dan ketika gadis tersebut sudah berada dekat dengan jangkauannya kim bum pun segera menarik lengan gadis tersebut dari belakang. “kau pikir aku bisa melepaskanmu begitu saja….” ada jeda pada kalimat yang terlontar dari mulut kim bum barusan, … “tentu saja aku tidak akan melepaskanmu dengan mudahnya.” Sambung kim bum sambil mengeratkan pegangannya pada lengan gadis tersebut.

Dengan tubuh gemetar, dan keringat yang mulai mengaliri dahinya gadis yang saat ini ada didepan kim bum yang tak lain adalah so eun tersebut pun akhirnya hanya mampu mengucapkan permohonan maaf, seperti yang biasa gadis itu lakukan jika gadis itu melakukan kesalahan. “ma-maafkan aku.” Tentu saja masih dengan kegugupan yang menderanya.

“apa kau ingin aku melakukan hal yang sama juga padamu.”

Deg… detak jantung so eun pun terasa seperti berhenti berdetak saat ini juga, bagaimana tidak.. bagaimana so eun akan bersikap biasa saja jika telinganya baru saja mendengar sebuah ancaman dari pria yang saat ini berdiri di belakangnya tersebut. Pria berhati dingin yang beberapa hari ini menjadi teman sebangkunya, yang tidak pernah sedikitpun berbicara padanya bahkan menganggap so eun tidak pernah ada. Dan kini pria itu dengan mudahnya mengucapkan kalimat ancaman pada so eun. Apa kim bum sebegitu teganya melakukan hal semacam itu pada seorang wanita – menyedihkan.

“ap..app.. appa, kau akan memukulku?” sebuah pertanyaan yang terasa berat di ucapkan oleh so eun, akhirnya harus dipaksakan juga keluar walau gadis itu begitu bergetar ketika mengatakannya.

Masih belum ada jawaban dari kim bum, pria itu masih menatap tajam punggung so eun yang sedikit bergetar. Kim bum kembali mendekatkan tubuhnya pada tubuh so eun. “kau pikir aku tidak berani melakukannya..”  ada nada meremehkan pada kalimat yang baru saja dikeluarkan kim bum tersebut.

Dan pernyataan itu tentu saja sukses membuat so eun membalikkan tubuhnya, sehingga kini so eun pun bisa melihat jelas wajah kim bum yang terlihat sangat marah. Pria itu menatap tajam so eun sehingga so eun harus kembali menundukkan kepalanya. So eun terlalu takut untuk sekedar menatap kembali sorot mata tajam yang ditujukan kim bum padanya.

“m-maafkan aku, aku benar – benar tt-tidak sengaja melihatnya. Ku-kumohon jangan pukul aku, aku janji tidak akan mengatakan pada siapapun tentang apa yang aku lihat. Aku tidak akan mencampuri apapun tentangmu dan jika kau mau aku juga akan mencari bangku lain untuk duduk agar kita tidak duduk berdua, setidaknya kau…”

So eun menghentikan kalimat panjangnya, entah sebelumnya darimana so eun bisa mempelajari kalimat panjang lebar yang sebelumnya jarang dia ucapkan pada siapapun itu. Namun kalimat itu pun terhenti kala sebuah sentuhan lembut yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya mendarat pada bibir kecilnya, sentuhan yang bahkan tidak pernah dia rasakan hingga usianya mencapai 17 tahun dan sekarang sentuhan itu benar – benar membuatnya semakin gugup.

Keringat dingin mengaliri tubuhnya, pipinya sedikit merona dan cairan bening dari kelopak matanya seraya ikut mengalir dengan indahnya. Ini ciuman pertamanya dan so eun mendapatkannya dari pria dingin bernama kim bum. Ciuman yang sangat hangat dan lembut namun terkesan menuntut, bahkan so eun pun di buat membeku dalam sekejap dengan ciuman tersebut. Tidak ada penolakan namun tidak ada balasan juga dari so eun. Akal sehat so eun seperti mati saat ini juga.

Beberapa saat kemudian so eun seperti tersadar dari kebekuan otaknya, dengan sekuat tenaga so eun pun mendorong tubuh kim bum hingga pria itu mundur beberapa langkah dari tubuh so eun akibat dorongan tubuh so eun yang terlalu kuat. “kau… kau keterlaluan, kau melakukannya..”

Air mata so eun semakin besar menerobos pertahanan kelopak mata indahnya, tidak menyangka pria yang ada didepannya ini begitu lancang melakukannya, kim bum pikir siapa dirinya yang sebegitu gampangnya mencium so eun, apa kim bum pikir so eun ini cewek gampangan.

“apa yang kalian lakukan disini?.. kalian berdua tidak mendengar bel sudah berbunyi sedari tadi.”

Baik so eun dan kim bum tau siapa yang saat ini tengah menegur mereka, dua anak ini hafal betul dengan suara tersebut mengingat mereka selalu mendengar suaranya. Suara siapa lagi jika bukan wali kelas mereka. dengan sigap so eun menghapus air matanya dan menghadap kearah suara tersebut.

Gadis itu segera membungkukkan badannya pada sang wali kelas dan langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kim bum dan juga sang wali kelas, gadis itu bahkan tidak mempedulikan tatapan heran dari sang wali kelas. Sepertinya so eun tidak peduli jika wali kelasnya itu akan berfikir jika so eun adalah murid yang tidak sopan. Karena yang terpenting untuk so eun saat ini adalah pergi meninggalkan kim bum, setidakya so eun benar – benar harus menghindar dari kim bum mulai sekarang.

“yaa.. bocah, apa yang baru saja kau lakukan padanya?” tanya kim ha neul pada pria yang berdiri tidak jauh dari dirinya. dengan  nada suara tinggi, dan tatapan menyelidik. Sepertinya ha neul menyadari ada yang tidak beres diantara kim bum dan so eun, sebelum dirinya datang.

“aku tidak melakukan apapun…” jawab kim bum  santai, sambil melenggang melewati ha neul.

“jika kau berbuat ulah lagi, aku tidak akan segan – segan untuk menghukummu kim sang bum.” Teriak ha neul penuh emosi. Sepertinya ha neul sudah mulai bosan dengan tingkah murid sekaligus adik kandungnya ini. Sampai kapan bocah itu akan membuat masalah terus.

“aku tidak peduli.”

Untuk pertama kalinya kita melakukannya, benar – benar tidak bisa terbayangkan sebelumnya. Siapa sangka jika kejadian itu membuatku semakin terjerat dalam hatimu. Dan saat itulah aku semakin menyadari bahwa kau selalu ada didalam hatiku.

 

Seminggu sudah kejadian itu berlalu, kejadian dimana kim bum mencium so eun dan saat itu pula so eun benar – benar membuktikan ucapannya. Gadis itu tidak lagi duduk sebangku dengan kim bum. So eun juga terkesan menghindari kim bum, so eun selalu menghindar bertatap muka dengan kim bum. Setidaknya dengan seperti itu so eun bisa melupakan kejadian dimana kim bum sudah mencium so eun. Walaupun sebenarnya so eun selalu ingin bertegur sapa dengan kim bum, tapi rasa takut menyerang dirinya. So eun takut jika kim bum memang hanya ingin mempermainkannya saja waktu itu terbukti dengan perkataan teman – temannya yang mengatakan bahwa kim bum memang seorang pria yang suka mempermainkan hati wanita – mungkin so eun salah satunya.

“kau mau pulang bersama so eun-ah?” tanya shin hye teman sebangku so eun sekarang.

“ahh… kau pulang saja duluan shin hye-ya, aku harus menunggu ayahku. Ayahku bilang hari ini akan menjemputku.”

“hemzz… aku duluan yaa so eun-ah”

“hati – hati shin hye-ya.” Tutur so eun sambil melambaikan tangannya pada sang teman yang sudah melenggang santai meninggalkan ruangan kelas. So eun mengedarkan pandangannya, hampir seluruh teman sekelasnya sudah meninggalkan kelasnya. Hanya ada beberapa orang saja disana termasuk so eun dan juga pria itu.

So eun segera mengalihkan pandangannya ketika tidak sengaja dirinya bertemu pandang dengan pria tersebut. Segera di ambilnya ponsel pintarnya yang ada didalam tas. Sekedar untuk menghilangkan kegugupannya ketika tanpa sengaja matanya bertatapan kembali dengan mata tajam milik kim bum setelah hampir seminggu so eun tidak melakukannya.

~~~

Sedari tadi kim bum hanya meletakkan kepalanya di meja, pelajaran yang disampaikan oleh sang guru benar – benar tidak ada satupun yang di dengarnya, beruntung bangkunya ada dideretan yang paling belakang sehingga sang guru tidak akan melihat aksinya tersebut. Sehingga bel tanda pelajaran usai pun kim bum masih bersikap sama.

“sepertinya hari ini si brengsek itu akan menunggu kita di tempat biasa.” Bisik min hoo pada sang sahabat yang terlihat tidak bersemangat. Tidak seperti biasanya memang, hari ini kim bum terlihat berbeda min hoo dan il woo yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama pun tentu saja menyadari perubahan yang dialami kim bum ini.

“ada apa denganmu, kau sakit? Kenapa tidak bersemangat seperti ini?”  min hoo yang sifatnya tidak jauh dengan kim bum, terlihat tidak sabaran dan keras sangat kesal ketika sang sahabat mengacuhkannya.

Il woo pun segera menghadapkan kebelakang ketika menyadari min hoo sudah tidak tahan lagi dengan sikap sang sahabatnya itu. Il woo segera memutar kursinya agar lebih mudah melihat kondisi kim bum, mengingat tempat duduknya memang ada didepan meja kim bum jadi il woo pun harus melakukan hal tersebut.

“ada apa denganmu? Ayahmu memukulmu lagi, atau kakakmu menceramahimu semalaman lagi?”

Tidak ada satupun dari pertanyaan sahabatnya itu yang dijawab oleh kim bum, sedari tadi pria itu masih belum mengangkat kepalanya dari atas meja. Sebenarnya sedari tadi yang dilakukan kim bum adalah memandangi seorang gadis yang duduk dua bangku dari samping bangkunya. Fokus matanya masih tertuju pada gadis tersebut, sampai tanpa sengaja tatapan kim bum pun bertemu pandang dengan si gadis yang sedari menjadi obyek pandangannya. Tentu saja kim bum tidak ingin mengalihkan pandangannya ketika si obyek juga memandangnya walaupun hanya sebentar.

“yaa.. si brengsek ini benar – benar menguji kesabaranku.” Geram min hoo sambil memukul pelan kepala kim bum saking gemasnya. Bukan kesal lebih tepatnya min hoo terlalu khawatir melihat sahabat dekatnya ini menjadi sedikit aneh.

Il woo yang selalu lebih peka dengan kondisi sahabat – sahabatnya itu sedari tadi mengamati apa yang dilakukan oleh kim bum dan tentu saja il woo melihat kemana arah pandang kim bum tadi. Sepertinya benar dugaan il woo selama ini jika kim bum mulai tertarik pada gadis itu.

“apa seseorang sedang memukul hatimu?” tanya il woo mencoba memancing reaksi sahabat yang sudah dianggapnya sebagai adik kecilnya itu.

Rangsangan yang tepat, sang korban pun akhirnya memakan umpan yang dikeluarkan oleh si pemancing dan tentu saja dalam kasus ini korbannya adalah kim bum.

Pria itu langsung menatap tajam pada il woo yang terlihat tersenyum penuh kemenangan, seperti ada ungkapan yang tersirat dari senyuman itu. Yaa, kena sekarang kau kim bum.

“apa maksudmu?” tanya kim bum yang tidak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja di lontarkan oleh il woo barusan. Memukul hati kim bum, siapa? Heii.. jika yang kau tanyakan itu tentang pukulan tentu saja itu tidak pernah, satu kalipun kim bum belum pernah kalah dalam perkelahian.

“aku hanya asal bicara, kenapa wajahmu langsung berubah seperti itu. jangan – jangan kau….” il woo benar – benar menggoda kim bum rupanya. Setidaknya ingatan kim bum memang harus lebih peka tentang sahabatnya yang satu ini. Il woo terlalu pintar untuk dikelabuhi berbeda dengan kim bum maupun min hoo yang terlalu mengutamakan kekuatan fisik dari pada otaknya.

“sudahlah, kita harus segera menemui si brengsek itu.” Gusar kim bum mendapati godaan dari il woo, dengan kasar di raihnya tas yang ada di kursinya dan meninggalkan tempat duduknya. Tentu saja min hoo dan il woo pun langsung mengikuti kim bum dari belakang.

Dan sebelum kaki kim bum hampir keluar dari kelas, pandangan matanya kembali diarahkan kepada seseorang yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya. Dan tentu saja gara – gara gadis tersebut kim bum mendapat godaan dari il woo.

Sepertinya fokus gadis tersebut masih pada ponselnya, mengingat gadis itu tidak menyadari jika saat ini kim bum memperhatikannya dengan tatapan yang tidak terdefinisikan. Hingga akhirnya pria itu benar – benar meninggalkan kelas. Il woo pun memperhatikan gadis tersebut dan langsung tersenyum bahwa bukti itu sudah akurat untuk il woo menyimpulkan perasaan kim bum sekarang. Kim bum tertarik pada so eun.

Aku mulai menghawatirkannya, perubahan sikapnya. Tingkah dinginnya dan tatapan tajam dari sorot matanya. Aku takut mengatakannya tapi ini benar – benar yang aku rasakan. Ku harap aku bisa berbicara lagi dengannya, sekedar untuk mengucapkan kata maaf padanya.

~~~

Darah muda memang sangat mudah tersulut emosinya, jangankan dengan pukulan, bahkan hanya dengan lontaran kalimat yang tidak mengenakan saja pasti akan berujung dengan baku hantam dan saling dendam. Memangnya dengan seperti itu akan terlihat keren apa, bukannya keren yang ada malah merugikan.

Tapi aturan seperti itu tentu saja tidak ada didalam kamus kim bum dan kawan – kawannya. Menjadi pemenang tentu saja akan menjadi yang terkeren dan tentu saja yang kalah akan jadi pecundang, aturan seperti itu tentu saja masih berlaku untuknya. Buktinya saat ini kim bum sudah berada ditempatnya dimana dia akan memulai pertarungannya dengan musuh bebuyutannya tentunya. Kim bum sendiri juga heran, kenapa orang ini masih tidak jera juga menantang kim bum berkelahi. Padahal selama ini dirinya tidak pernah menang melawan kim bum.

“kupikir kau takut dengan tantanganku dan tidak akan datang, ternyata nyalimu besar juga.”

Kim bum yang baru saja datang, segera melemparkan senyuman terindahnya. Menurut para teman – teman wanitanya disekolah senyum kim bum itu memang indah dan menawan, tapi bagi lawan – lawan kim bum tentu saja senyum itu senyuman merendahkan.

Kim bum mematikan motornya dan segera melepas helm yang sedari tadi dikenakannya. Begitu pula min hoo dan il woo. Kim bum bisa melihat beberapa siswa yang mengenakan seragam tak sama dengannya tengah menghadang jalannya. Sebenarnya bukan menghadang, lebih tepatnya kumpulan siswa didepan kim bum ini sengaja menunggu kedatangan kim bum.

Sorot mata tajam kim bum fokus pada pria yang berdiri tepat di hadapannya sekarang. Jika dilihat dari penampilan dan mendengar gaya bicaranya tentu saja pria yang ada dihadapan kim bum ini adalah ketua dari kumpulan para siswa yang sedang menghadang kim bum dan teman – temannya.

“mau sampai kapan kau akan terus berada diatas motormu itu, kau takut berhadapan denganku.” Nada bicara yang terdengar dingin dan menantang kembali keluar dari mulut sang ketua. Sepertinya pria ini benar – benar memiliki dendam yang besar pada kim bum.

“yaa.. ki bum-ah, sebaiknya kau pergi saja dan bawa kembali teman – temanmu itu. Akui saja bahwa kau dan teman – temanmu itu pasti selalu kalah menghadapi kami. Apalagi yang akan kau lakukan sekarang.” Teriak il woo, setidaknya ki bum memang harus berpikir dua kali untuk selalu menantang kim bum berkelahi. buktinya dari perkelahian – perkelahian sebelumnya kim bum selalu menjadi pemenang tanpa ada noda pukulan pun yang hinggap di wajahnya, sebaliknya ki bum pasti akan mendapat luka – luka memar yang memprihatinkan.

“aku muak dengan ocehanmu, lebih baik kita mulai saja sekarang.” Tantang ki bum yang semakin kesal dengan ocehan il woo yang dinilainya semakin merendahkan harga dirinya sebagai seorang pria.

“kau benar – benar mau cari mati yaa?” tanya min hoo tidak kalah antusiasnya. Sedangkan kim bum, pria itu segera turun dari motornya. Dipandangnya ki bum yang terihat emosi. Jika dilihat dari segi jumlah tentu saja kelompok kim bum akan kalah bayangkan saja 3 banding 13 bagaimana bisa akan menang. Terlebih semua teman – teman ki bum membawa tongkat bisbol sedangkan kim bum, min hoo dan il woo hanya bermodalkan tangan kosong. Tapi, tentu saja kim bum tidak takut biasanya juga lebih banyak – pikirnya.

“sepertinya kali ini wajahmu itu akan semakin memburuk.” Cibir kim bum ketika mendekati ki bum. Dan ucapan kim bum pun tentu saja dihadiahi sebuah pukulan oleh ki bum. Tapi untungnya kim bum bisa segera menghindar, jangan sebut nama kim bum jika pria seperti ki bum yang setiap hari dikalahkannya berhasil menyentuh wajahnya.

Baku hantam diantara dua kubu pun kini semakin tak terelakkan, ki bum benar – benar tidak menyerah walau berkali – kali dirinya mendapatkan pukulan dari kim bum, sedangkan kim bum masih tetap bisa menghindari setiap pukulan dari ki bum dan teman – temannya. Walaupun terlihat kewalahan tapi tetap saja kim bum masih bisa mengatasinya.

Beda lagi dengan il woo dan min hoo, dua temannya itu nampaknya sudah benar – benar kelelahan melihat beberapa luka nampak menghiasi wajah tampan keduanya. Sepertinya benar dugaan kim bum diawal, bahwa jumlah mereka tidak sebanding, jika begini terus bisa – bisa kim bum pun akan kalah.

Kim bum yang melihat ki bum sudah mulai kewalahan, segera berlari membantu il woo yang mulai diserang habis – habisan oleh teman – teman ki bum, tanpa ampun kim bum pun segera menghajar tiga orang yang menghajar il woo. Dan tentu saja dalam sekejap kim bum pun bisa melumpuhkan ketiganya. Dan ketika hendak menolong il woo untuk bangun, tak sengaja mata kim bum pun terfokus pada tubuh seseorang yang berjalan mendekat kearahnya.

Astaga bagaimana bisa gadis itu melalui jalan ini, bukankah ini jalanan yang sepi dan jarang sekali orang yang melalui jalanan ini. Tapi kenapa gadis itu bisa melalui jalan ini – pikir kim bum

~~~

Hampir dua puluh menit so eun memandangi ponselnya dan menunggu kabar dari sang ayah, tapi ketika mendapat kabar dari sang ayah, so eun harus terpaksa menahan rasa kecewanya karena sang ayah tidak bisa menjemputnya. Seharusnya jika memang ayahnya tidak bisa menjemput kenapa tidak mengatakan dari awal, setidaknya so eun bisa pulang bersama denagan shin hye.

“baiklah, sepertinya naik bus akan lebih menyenangkan.” Gumam so eun sambil beranjak dari tempat duduknya.

Tidak butuh waktu lama untuk so eun sampai di halte bus, hanya butuh waktu lima menit dan bus pun sudah datang. Setelah duduk di bangku paling belakang ingatan so eun pun kembali pada kejadian dimana kim bum dengan tiba – tiba menciumnya.

So eun menghela nafasnya, rasanya kepalanya terasa pusing jika harus memikirkan hal itu. Kenapa kejadian itu tidak bisa hilang dari pikiran so eun saat ini dan kenapa nama kim bum selalu muncul di benaknya. Harusnya so eun membenci kim bum yang dengan seenaknya mencium bibirnya.

“kenapa aku memikirkannya.. yaa,, kim so eun kau harus sadar, jangan memikirkan pria itu lagi.” Rutuk so eun dalam hati pada kebodohannya.

Bus pun berhenti dan so eun segera turun, so eun harus berjalan sebentar untuk sampai di rumahnya. Komplek perumahan tempat tinggal so eun memang tidak bisa dilewati kendaraan umum seperti subway, maka dari itu dia harus sedikit berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Sebenarnya sang ayah sudah menyuruh so eun untuk menghubungi sopir, tapi karena so eun menolak akhirnya sang ayahpun mengijinkan so eun untuk naik kendaraan umum.

Baru beberapa menit so eun berjalan, rasanya seluruh badannya sudah lemas. Astaga, pantas saja ayahnya selalu mati – matian melarangnya untuk berjalan kaki ataupun melakukan hal yang berat tentu saja alasannya karena ini.

Peluh membanjiri tubuh so eun, nafas gadis itu mulai tersengal – sengal akibat kelelahan padahal baru sebentar so eun berjalan.

“ya tuhan, bagaimana bisa tubuhku selemah ini.” Batin so eun sambil menyeka peluh yang mengaliri dahinya. Terik matahari yang menyengat semakin menambah pening di kepala so eun, rasanya gadis itu benar – benar tidak sanggup lagi untuk berjalan. Tubuhnya benar – benar sudah lemas, saking lemasnya gadis itu pun tidak menyadari jika dihadapannya sekarang sedang terjadi baku hantam antar siswa.

So eun bahkan seperti tidak mempedulikan hal itu dan masih terus saja berjalan, hingga so eun sedikit tersentak kala mendapati seseorang tengah menarik lengannya dan mengajaknya berlari. Astaga.. kenapa orang ini membawa so eun berlari, apa pria ini tidak tau jika lelah sedikit saja so eun bisa pingsan.

“be-berhenti, ku-kumohon berhenti.” Racau so eun sambil memegangi dadanya yang mulai sesak dengan tangan kirinya yang bebas dari pegangan orang yang mengajaknya berlari.

“kita harus cepat pergi dari tempat ini jika tidak kita bisa mati.” Teriak orang yang menarik lengan so eun. So eun yang merasa kenal dengan suara orang tersebut segera mendongakkan kepalanya dan mencoba meyakinkan dirinya bahawa orang itu adalah kim bum.

“kim…bum, ap-appa…”

“kita harus cepat pergi dari sini, sebelum mereka mengejar kita.” Paksa kim bum, sambil menarik lengan so eun  dan mulai berlari kembali. Setidaknya dengan menghindar seperti ini so eun tidak akan di serang oleh ki bum dan teman – temannya – pikir kim bum.

“aku bisa mati, jika terus berlari.” Ucap so eun sambil melepaskan pegangan tangannya dari tangan kim bum.

“apa maksud…” kim bum menghentikan kalimatnya, kala mendapati tubuh lemas so eun hampir saja jatuh ke aspal jika saja kim bum tidak sigap untuk menahannya. Gadis ini pingsan, bagaimana bisa – pikir kim bum.

Kim bum segera mengangkat tubuh so eun, dan berusaha membawa tubuh so eun untuk di baringkan. Kim bum begitu khawatir  ketika mendapati tubuh so eun yang terkulai lemas tak sadarkan diri ketika saat ini kim bum membaringkan tubuh gadis itu di sebuah bangku panjang yang terletak di bawah pohon sebuah taman.

Ada apa dengan gadis ini, kenapa tiba – tiba saja pingsan. Apa gadis ini sakit atau gadis ini kelelahan, bukankah so eun dan kim bum baru saja berlari bagiamana bisa hanya dengan berlari sebentar saja so eun bisa pingsan – pikir kim bum yang nampak bingung dengan kondisi so eun saat ini.

“apa yang harus kulakukan… ya tuhan, kenapa gadis ini bisa pingsan.” Gumam kim bum dengan frustasi. Pria itu benar – benar nampak bingung sekarang, setidaknya dia harus membawa gadis ini kerumahnya. Karena jika tidak, pasti orang tua so eun akan khawatir nanti. Tapi dimana rumah so eun, kim bum bahkan tidak tau tempat tinggal so eun. Lebih baik kim bum menunggu so eun sadar saja, berdua dengan gadis ini tentu akan menyenangkan walaupun kondisinya tidak tepat tapi setidaknya kim bum hanya sebentar saja menunggu gadis ini sadar, jika memang dalam waktu yang panjang so eun tidak sadar mungkin lain lagi ceritanya nanti. Tapi untuk saat ini biarkan kim bum bersikap sedikit egois.

Kim bum mendudukkan dirinya disamping kepala so eun, dipandanginya wajah gadis yang terlelap disampingnya ini. Dengan pelan dan hati – hati, kim bum mengangkat kepala so eun dan menidurkannya dipangkuannya. Bisa kim bum rasakan saat ini betapa dinginnya tubuh so eun dan betapa pucatnya wajah so eun sekarang. Sepertinya so eun memang sedang sakit.

Entah mendapat keberanian dari mana kim bum saat ini, sehingga jemari tangannya dengan lincahnya membelai pipi halus so eun dan tentu saja ini sangat menguntungkan bagi kim bum mengingat so eun yang tidak akan menolak ataupun menghindar dengan aktivitas yang kim bum lakukan saat ini. Sedikit garis senyuman mengembang dibibir tipis milik kim bum, sepertinya benar kata il woo bahwa seseorang tengah memukul hatinya dan tentu saja seseorang itu adalah so eun.

Kim bum sendiri tidak mengerti bagaimana bisa dirinya langsung terpesona pada gadis seperti so eun hanya dengan sekali menatapnya. “bayanganmu selalu menghantui hatiku.” Gumam kim bum sambil terus mengulas senyum manisnya. Rasa damai menghinggapi hati kim bum saat ini tidak seperti hari – hari kim bum biasanya yang selalu dipenuhi dengan kedinginan dan juga rasa penat.

Hembusan angin taman yang menerpa wajahnya dan juga dengan adanya so eun dipangkuannya begitu membuat kim bum terlena akan indahnya dunia. Jika dengan kehadiran so eun kim bum bisa tersenyum dan sedamai ini kenapa tuhan tidak mempertemukan keduanya dari dulu – pikir kim bum.

Senja hampir menunjukkan sinarnya dan kedua anak manusia ini masih berdiam diri ditempatnya. Tidak ada sesuatu pun yang bisa dilakukan keduanya terlebih sang gadis yang masih asyik dengan tidur lelapnya. “sampai kapan kau akan terus pingsan dan menahanku disini.” Gumam kim bum sambil terus memandangi wajah tenang so eun yang masih terlelap.

Sudah hampir dua jam kim bum berada di taman ini hanya untuk menunggu so eun sadar, sudah bisa ditebak oleh kim bum jika dirinya pulang nanti pasti kakaknya akan menceramahi dirinya panjang lebar karena pulang terlambat. Belum lagi ocehan kedua temannya yang dia tinggal lari hanya untuk membawa so eun pergi agar tidak terlibat dalam perkelahiannya tadi. Kim bum bahkan tidak mempedulikan keadaan sahabat dan motor kesayangannya hanya untuk mengurusi so eun. Dan jangan pernah lupakan ki bum, pria itu pasti akan mencemooh kim bum karena menganggap kim bum takut padanya hanya dengan kim bum berlari meninggalkan perkelahian tadi.

“eomma,,,” rintihan dari seorang gadis yang sedang terbaring dipangkuan kim bum itu pun membuat kim bum sedikit terkejut dari lamuanannya. Gadis ini sudah sadar rupanya, kenapa lama sekali.

Walau berat tapi so eun tetap berniat membuka matanya, pusing dikepalanya benar – benar masih terasa. Tubuhnya terasa sakit dan dingin sepertinya menusuk ke tulang – tulangnya. Rasanya lelah sekali dan gadis ini ingin sekali beranjak dari tempat sekarang.

“kau sudah bangun?”

So eun segera melebarkan matanya kala mendengar suara tidak asing bertanya padanya. Kenapa suara pria ini lagi – pikir so eun. So eun segera membuka matanya lebar – lebar kala mendapati dirinya tengah berada di taman yang tak jauh dari rumahnya. Kenapa so eun bisa berada disini, dan apa – apaan ini. Kenapa so eun bisa tertidur dipangkuan pria dingin ini apa yang terjadi pada so eun sebenarnya – heran so eun.

“k-kenapa.. ak-aku bisa disini?” tanya so eun terbata – bata, sambil berusaha bangun dari tidurnya.

“kau pingsan.”

So eun menghembuskan nafasnya berat, sepertinya dia sudah ingat apa yang terjadi padanya sehingga dia bisa berada ditempat ini bersama dengan pria dingin ini. “lagi – lagi aku menyusahkan orang lain.” Gumam so eun dengan nada pelan sambil menundukkan kepalanya, sepertinya gadis ini tidak ingin kim bum mendengar suaranya. Walaupun kenyataanya kim bum bisa mendengar suaranya tersebut.

So eun segera bangkit dari tempatnya dan menghadap kim bum yang terlihat masih bingung dengan kalimat yang tadi terlontar dari bibir so eun. “terimakasih sudah menjagaku ketika aku pingsan, dan maaf sudah merepotkanmu.” Ucap so eun sambil membungkukkan badannya sebelum akhirnya gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan kim bum yang masih terdiam di tempatnya sambil memandang punggung so eun yang semakin lama mulai menjauh dari pandangannya.

Ada apa dengan gadis itu, kenapa setelah bangun dari pingsannya gadis itu berubah menjadi aneh. Apa karena kim bum menolongnya dan gadis itu tidak suka. Tidak mungkin, jika memang tidak suka tentu saja so eun tidak mengucapkan terimakasih pada kim bum. Lalu kenapa? Kenapa so eun berubah menjadi aneh dan terlihat sedih.

Rasa ini semakin bertambah ketika kau menolongku disaat senja itu. Rasanya aku benar – benar takut jika kau akan meninggalkanku, ketika kau mengetahui apa yang terjadi padaku. Aku berharap kau tetap akan menyimpan namaku didalam hatimu walaupun nanti aku tidak akan pernah memilikimu.

 

Kim bum POV

Ini sudah minggu ketiga saat aku terakhir kali bertemu dengan so eun ditaman itu, menunggu gadis itu dari sadarnya, dari pingsannya. Hari ini gadis itu tidak berangkat ke sekolah, sejak kejadian ditaman sore itu so eun tidak pernah lagi menampakkan wajahnya disekolah, kakak bilang so eun tidak akan pernah lagi datang kesekolah dan ketika aku tanyakan alasannya kenapa kakakku hanya menjawab bahwa itu bukanlah urusanku.

Entah kenapa hari – hari tanpa so eun rasanya tidak menyenangkan lagi bagiku. Candaan min hoo dan il woo rasanya tidak mampu membuatku terhibur seperti biasanya. Memukuli siswa lain yang lemah pun rasanya sudah tidak menyenangkan lagi bagiku. Padahal jika sedang kesal seperti ini aku lebih suka menindas teman – temanku yang terlihat lemah. Tapi hari ini rasanya enggan sekali untuk melakukan apapun. Alhasail saat jam istirahat pun aku hanya bisa menghabiskan waktu diatap sekolah ditemani dengan dua sahabat setiaku ini.

“ada apa lagi denganmu? beberapa minggu ini kau terlihat tidak bersemangat.”

Aku memandang il woo yang terlihat mengkhawatirkanku, seperti biasa sahabatku yang satu ini selalu saja mampu membaca perubahan yang ada didiriku walau sekecil apapun.

“kau sakit?” tanya min hoo yang sepertinya juga terlihat khawatir terhadap kondisiku. Sedangkan aku hanya bisa menggelengkan kepala atas pertanyaan – pertanyaan yang dilontarkan oleh kedua sahabatku ini.

“lebih baik kau datangi saja rumahnya dan kau tanyakan alasanya kenapa dia tidak lagi bersekolah.”

Kutolehkan kepalaku pada il woo yang baru saja melontarkan pernyataan yang sukses membuatku tersentak dengan kalimatnya barusan. Lagi – lagi, il woo bisa tau apa yang saat ini sedang aku pikirkan. Aku sempat berfikir bahwa il woo ini sepertinya punya kelebihan membaca pikiran orang.

“jadi sedari tadi kau sedang memikirkan gadis itu?” tanya min hoo dengan polosnya. Dan aku pun hanya bisa menanggapi pertanyaan min hoo tersebut dengan anggukan. Berbeda dengan il woo yang selalu terlihat tau min hoo jauh berbanding terbalik.

“sebaiknya kau memang harus segera menemuinya jika kau ingin kembali normal seperti dulu.” Saran il woo.

Aku kembali merenungkan saran il woo, mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh sahabat jeniusku ini. Mungkin akan lebih baik jika aku mendatangi rumahnya dan menanyakan apa alasan so eun tidak kembali lagi ke sekolah. Tapi bagaimana bisa aku mendatangi rumahnya jika aku sendiri tidak tau alamat rumahnya.

Aku mengacak kasar rambut kelamku yang saat ini tidak beraturan, nafas berat kuhembuskan sebagai pelampiasan kegundahan hatiku. Sepertinya aku dan so eun memang tidak akan ditakdirkan bersama.

“jangan pernah menganggapku bodoh lagi sekarang.. karena mulai hari ini sudah terbukti bahwa akulah yang terpintar diantara kita bertiga.” Sombong min hoo sambil menyodorkan selembar kertas putih berbentuk persegi kearahku.

Kuarahkan pandanganku pada selembar kertas yang saat ini sudah berada ditanganku ini, dan ternyata di dalam lembar kertas tersebut terdapat sebuah rangkaian huruf – huruf. Dan bisa kim bum simpulkan bahwa itu adalah sebuah alamat. Segera kualihkan pandanganku pada kertas tersebut dan menatap min hoo bergantian. Dengan senyum khasnya pria itu berkata bahwa dirinya menanyakannya langsung pada kak ha neul.

“bagaimana bisa.” Gumamku tak percaya

Min hoo segera menepuk pelan pundakku dan tersenyum ke arahku. “jangan kau pikirkan bagaimana bisa aku mendapatkannya. Yang terpenting sekarang.. cepat temui gadis itu.”

Aku segera mengangguk semangat ke arah min hoo, dan tak lupa memberikan sebuah senyuman manis juga pada il woo sebelum beranjak dari tempat dudukku dan berlari pergi meninggalkan kedua sahabatku yang sepertinya terus memperhatikanku dari tempatnya. Dan tentu saja aku pun tak lupa mengucapkan terimakasih kepada keduanya dengan sebuah teriakan keras sebelum akhirnya aku benar – benar pergi meninggalkan mereka.

~~~

Segera kulajukan motorku dengan kecepatan yang bisa dibilang sangat cepat, aku bahkan tidak peduli jika sesuatu yang berbahaya bisa saja terjadi padaku. Entahlah, yang ada dipikiranku saat ini adalah aku ingin segera bertemu dengan gadis itu, gadis yang sudah mampu melumpuhkan hatiku dan mencairkan kedinginanku. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaannya aku akan langsung menyatakan perasaanku padanya.

Aku segera memasuki jalanan komplek perumahan tempat so eun tinggal, dan jalanan yang kulalui mengingatkanku akan kejadian tiga minggu yang lalu. Sekarang aku mengerti kenapa saat itu so eun berada ditempat ini, tentu saja.. karena jalanan ini adalah jalan menuju rumahnya, kenapa hal seperti ini bahkan tidak terfikir lagi olehku. Kemana otakku yang biasanya bisa berfikir lebih cepat dari yang lainnya.

Motor yang tadinya melaju dengan kencang kini harus kuturunkan kecepatannya kala mataku melihat tempat dimana dulu aku menunggu so eun tersadar dari pingsannya. Taman itu, tempat dimana selama dua jam aku menunggu so eun terbangun dari lelapnya. Tapi bukan tempat itu yang menjadi pusat perhatianku sekarang melainkan dua orang yang berada disana. Dua orang yang saling  berjauhan. Seorang gadis dan seorang pria dan kim bum sangat mengenal kedua orang tersebut. “apa yang mereka lakukan ditempat ini?” gumam kim bum dalam hatinya, sambil menghentikan motornya tak jauh dari taman tersebut.

Aku memarkirkan motorku tak jauh dari tempat tersebut, masih ingin mengamati apa yang dilakukan oleh keduanya mungkin dengan begini aku bisa mengetahui ada hubungan apa diantara keduanya. Baru beberapa menit aku menunggu, sesuatu yang tidak kupahami pun terjadi. Seorang gadis yang kuyakini adalah so eun tengah berlari menjauhi taman tersebut dalam keadaan menangis meninggalkan seorang pria yang tadi berdiri tak jauh darinya. Kenapa? Apa yang terjadi? Apa mereka bertengkar?.

Kim bum POV End

 

 

Senja sore itu mengingatkan so eun akan kejadian tiga minggu yang lalu, ketika dirinya terbangun dari pingsannya dan menyadari bahwa selama dirinya pingsan gadis itu tengah tertidur dipangkuan seorang pria bernama kim bum. Pria yang berhati dingin dan dengan beraninya mencuri ciuman pertamanya.

Entah kenpa hari ini rasanya so eun ingin kembali menikmati senja sore itu ditaman yang tak jauh dari rumahnya. Mungkin untuk sekedar mengingat kebersamaannya dengan kim bum. Jangan tanyakan alasannya mengapa so eun ingin kembali mengingat kebersamaannya dengan kim bum karena so eun sendiri pun tidak tau jawabannya.

Sudah hampir tiga minggu so eun tidak pergi kesekolah, sejak kejadian dimana dirinya pingsan tubuh so eun menjadi sangat lemah dan dengan terpaksa so eun harus menerima perintah ayahnya yang tidak mengijinkan lagi dirinya untuk ke sekolah. Dan selama tiga minggu itu juga so eun harus puas dengan berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun.

“kau bertingkah lagi sekarang?”

So eun yang sedari tadi menutup matanya untuk merasakan desiran angin yang menerpa wajahnya dan menikmati keindahan sinar senja, mau tidak mau harus membuka matanya kala dia mendengar sebuah suara angkuh yang sangat tidak ingin didengarnya.

“apa lagi yang kau lakukan sekarang? Kenapa kau tidak pernah menuruti perkataanku?”

“kumohon tinggalkan aku, aku tidak ingin bertengkar lagi denganmu.” nada memohon terdengar dari jawaban so eun pada seseorang pria yang berdiri dibelakangnya. Tanpa menoleh sedikitpun so eun sudah tau siapa yang ada dibelakangnya saat ini.

“jika aku bisa, tentu saja aku akan pergi dan tidak akan mempedulikanmu sekarang. Tapi bukankah kau tau sendiri bahwa aku tidak bisa melakukannya.” Ucap pria itu dengan nada tinggi, pria itu menghela nafasnya panjang sebelum melanjutkan kalimatnya “bukankah selama ini kau sudah tau bahwa aku pun tidak bisa lepas dari bayang – bayangmu, karena dirimu aku tidak punya kebebasan. Karena dirimu aku tidak bisa melakukan apapun. Semuanya karena dirimu dan sekarang kau memintaku untuk pergi meninggalkanmu… kau ingin melihat aku mati yaa..?” teriak pria itu lagi, kali ini nada bicaranya terdengar meninggi. Sepertinya pria itu sudah lelah dengan tingkah so eun yang seperti ini.

Sedari tadi so eun mendengar semua teriakan pria yang ada dibelakangnya, tapi tidak ada satu kalimatpun yang terlontar dari bibir mungilnya hanya untuk sekedar memberi respon pada si pria. Bahu so eun naik turun, kala so eun menahan tangisnya. Bagaimana bisa tidak menangis jika saat ini orang yang paling disayanginya tengah melontarkan kalimat yang benar – benar menusuk hatinya. Jadi selama ini so eun benar – benar menyusahkan semua orang dengan keadaannya yang seperti ini.

“mau sampai kapan kau akan menyiksaku? Aku lelah sekarang… mendapatkan pukulan yang bertubi – tubi di badanku bahkan tidak terasa sakitnya, tapi rasa sakit dihatiku ini benar – benar tidak bisa terobati lagi.”

Tangis so eun pecah seketika, air mata itu tidak bisa terbendung lagi. Tidak terdengar lagi suara pria yang ada dibelakangnya saat ini, so eun yakin pria tersebut masih ada dibelakangnya. Rasanya so eun ingin menghambur kedalam pelukan pria tersebut dan mengatakan beberapa kalimat yang selama ini ingin sekali gadis itu lontarkan. Tapi tentu saja so eun tidak bisa melakukannya sekarang mengingat betapa emosinya pria itu saat ini. Tentu saja ini akan menambah sakit hati pria tersebut.

“maafkan aku… aku menyayangimu.” Gumam so eun hampir tidak terdengar oleh siapapun dan dengan cepat kakinya berlari meninggalkan taman tersebut dan tidak mempedulikan bagaimana respon dari pria yang disayanginya itu. sambil, berkali – kali menghapus air matanya yang terus terjun dari mata indahnya.

So eun juga tidak mempedulikan tatapan tajam pria yang sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan. Hingga pria itu segera melepas helmnya dan menuruni  motornya. Pria yang tidak lain adalah kim bum tersebut segera berlari menuju taman tempat dimana seorang pria masih berdiri di tempatnya.

Kim bum harus segera menghampiri pria tersebut dan menayakan apa hubungan yang terjalin diantara pria itu dengan so eun, sehingga dengan beraninya pria itu membuat so eun menangis. Apa pria itu ingin mendapatkan pukulan telak dari kim bum lagi. Lagi? Memangnya kim bum pernah memukul pria tersebut? Kapan? Dimana? Dan bagaimana bisa?

“bagaimana bisa seorang pria bisa membuat seorang gadis lemah menangis.” Ketus kim bum kala dirinya sudah berada didekat pria yang menurut kim bum telah membuat so eun menangis.

Si pria yang disapa kim bum tadi pun segera membalikkan tubuhnya untuk menghadap kim bum, dan tentu saja kim bum sudah tidak terkejut ataupun merasa asing lagi dengan sosok yang saat ini berdiri dihadapannya mengingat sudah berkali – kali kim bum bertemu dengan pria tersebut. Hanya saja yang masih menjadi pertanyaan di benak kim bum saat ini adalah, ada hubungan apa diantara pria ini dengan so eun. Sehingga pria ini dengan teganya membuat so eun menangis. Kekasih so eun kah?

Pria itu tidak menanggapi kalimat kim bum, dan hendak berlalu meninggalkan kim bum jika saja kim bum tidak menahan lengan pria tersebut. Walaupun kim bum bisa melihat wajah kaget pria tersebut, tapi kim bum tidak tentu saja tidak akan mempermasalahkan hal tersebut.

“katakan apa hubunganmu dengan so eun, sehingga dengan beraninya kau membuatnya menangis?” tanya kim bum dengan nada tinggi, sepertinya kim bum benar – benar sudah disulut emosi sekarang. Sedangkan pria yang ditanya bukanya menjawab malah tersenyum meremehkan.

“yaa.. cepat katakan brengsek.. atau kau ingin aku memukulmu lagi, dan membuat wajahmu itu benar – benar hancur.” Ancam kim bum sambil mencengkram kerah baju pria tersebut. Dan hendak melayangkan tinjunya ke wajah si pria. Namun kim bum segera menahan tinjunya itu diudara kala mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pria aneh didepannya ini.

“jangan hanya menghancurkan wajahku, lebih baik kau bunuh saja aku. Mungkin itu lebih baik untukku.” Jawab pria itu dengan entengnya, dan tentu saja jawaban dari pria tersebut mampu membuat kim bum semakin kebingungan dan tanpa sadar melepaskan cengkraman dari si pria yang ada didepannya ini.

Bagaimana bisa pria ini berkata seperti itu, bukankah biasanya pria tersebut tidak akan pernah mengalah dari kim bum walau kim bum memukulinya habis – habisan. Tapi kenapa sekarang pria ini jadi lemah seperti ini.

“yaa.. kim ki bum apa maksudmu? Baiklah, Aku tidak mau tau apa masalahmu sekarang. Yang aku inginkan sekarang adalah penjelasan akan hubunganmu dengan so eun. Aku hanya ingin tau itu saja. dan jika kau ingin mati, aku akan dengan senang hati membunuhmu jika kau membuat so eun menangis lagi,,,, jadi cepat katakan apa hubunganmu dengan so eun.” Teriak kim bum dengan kesalnya. Kalimat panjang lebar dari kim bum benar – benar dikeluarkannya untuk pria yang sudah menjadi musuh bebuyutannya selama ini – kim ki bum.

Ki bum tidak menanggapi pertanyaan panjang lebar dari kim bum, pria itu lebih memilih pergi meninggalkan kim bum. Namun baru beberapa langkah pria itu berjalan, ki bum kembali menghentikan langkahnya  dan berkata “so eun adalah orang yang paling kusayangi di dunia ini.” Sebuah hembusan nafas yang terdengar berat menjadi jeda dari kalimat yang ki bum keluarkan barusan “dan kau tidak perlu ikut campur dengan masalah kami, karena aku tidak akan membiarkanmu mendekati so eun.” Sambung ki bum dengan dinginnya, kemudian berlalu meninggalkan kim bum yang nampak terpaku ditempatnya.

Tentu saja kim bum shock dengan apa yang baru saja didengarnya, so eun adalah gadis yang disayangi ki bum. itu berarti so eun adalah kekasih ki bum, bagaimana bisa ini terjadi. Astaga, bagaimana bisa kim bum menjadi sebodoh ini. Bagaimana bisa dia menyukai gadis yang ternyata adalah kekasih dari rivalnya. Ini benar – benar diluar dugaan, jika saja kim bum mengetahuinya tentu saja kim bum akan segera membuang jauh – jauh perasaannya ini.

~~~TBC~~~

Komentar
  1. Elvis berkata:

    Kereeennnn bgt eon…
    Aku suka
    Ditunggu part selanjutnya ya thor….

  2. Elvis berkata:

    Bagus eon….
    Aku suka ceritanya
    Ditunggu part 2 nya ya….

  3. Fatma berkata:

    Keren2 ceritanya. Gmana ya hbngan kim bum, ki bum n so eun slnjtnya. Semangat author untk lnjtn critanya

  4. ainami berkata:

    ki bum siapa nya sso…?? mudah2an kakaknya ya… hehe

    *selalu jealous jika ada pria/wanita lain disisi bumsso* lol

    aku suka adegan saat sso pingsan, bum dengan sabar nungguin sso bangun.. aduh bayangin posisi mereka, sso tidur dipangkuan bum… ah so sweet kekeke~~~

    next part nya blom ada ya? ditunggu ya author… 😀

  5. Chachicha berkata:

    Ki bum itu siapa nya sso.?
    Wah thor kmu bner2 daebak..
    Keren bnget deh ff kmu..

  6. tiya berkata:

    apakh ki bum itu oppanya atau kembarannya so eun? sebenarnya so eun sakit apa? penasaran, next ya thor

  7. vanqueen berkata:

    wah sebenarnya apa yang terjadi sama so eun.. apa dia sakit??
    selalu penuh dengan mistery..
    ki bum dan so eun pacaran??? oh NO
    gimana sama kimbum nanti???/
    next thorr

  8. Tasya kamilaaa berkata:

    annyeong.. Ane reader baru, izin jelajah blogmu ya thor 😀
    ini ffnya bagus banget:3 ceritanya menarik 😀
    smoga aja kimbum sama sso bersatu 😀
    next part ditunggu:)

  9. […] In My Heart Part 1 […]

  10. yulie_bumsso berkata:

    jiqhh eonie bnr2 d bkin pnsrann sma eonie..wadduhh trbnytaaa itu ki bum kna sma so eun kira2 ki bum siapa n so eun yaa..*?* dann knpaa cbaa bum n jdii emosian gtuu pukkpkk oppa bum bnar2 syang so eun bggett sgtu n dia gak mau khlngan so eun..il woo bnar mngrti oppa bum dan so eun knpaa di sakit apa ya kira2 eon lnjutt..fightingg..

  11. Aqhuccilemod berkata:

    Saya suka cerita ny menarikkk bngettttt.. Pa hbungan ny ki bum ma so eun eonni ya???? Akhhhhhh lanjutttt udah g’ sbar nih

  12. Soeun berkata:

    Ada masalah apa Sso dgn ki bum ? Dan sperti nya kim bum menyesal tlah jatuh hati pd gadis rival nya
    next ditunggu 😉

  13. 😮 apa hubungan mereka semua bingung
    Tapi keren thor lanjut next part 😀

  14. Lovely BumSso berkata:

    Daeeebaaak..ceritanya seruuu…

    Ternyata si ice prince jatuh cinta pd pndgn pertama…So Eun jg sama sprtnya…tp kynya So Eun sakit yaa..n lmyn parah kynya..Sso sakit apa yaaa??

    Apa hubungan Sso sm Ki Bum??

    Aaaaah…penasaran…next part thor..

  15. RANI berkata:

    so eun kelihatannya mencintai kim bum begitupun sebaliknya
    Tapi sebenernya so eun itu kenapa???, dia sakit ya tapi sakit apa???
    Dan apa hubungannya sama ki bum kok sampai dia nangis-nangis kayak gitu masa dia pacarnya ki bum…….
    Next part

  16. Tetta Andira berkata:

    Ommo~ tengah malem , lg dgr” lagu ballad .. Baca ff ini beneran nge-PASS banget 🙂
    Nyesek , sedih , sakit , smw’x ngena’ banget .
    Gak tau mau blg apa~ hubungan mreka trlht rumit , blum lg penyakit Sso yg ky’x parah 😦
    Astagaa~ apa mgqn akhir’x bakal menyedihkan ? Aku harap sih enggak yaa .. Hikz 😥

    Ditunggu shoot ending’x yaa .. Ini cuma twoshoot kan ? Keep spirit & hwaiting ^^

  17. newranattybumsso berkata:

    Sso kyk nya jatuh cinta ma Bum,, Bum jg gtu..
    Tapi apa Sso benar2 sakit,,, dan Ki Bum, berharap dia itu kakaknya Sso.. Dan Kim Bum akan memperjuankan cinta nya pada Sso

  18. senrumi berkata:

    Seru ceritanya
    pa benar ki bum pacar sso bukan kakaknya
    Sso sptnya sakit
    ditunggu kelanjutanya aq penasaran nee

  19. pipip berkata:

    Waaa ceritanya seru
    Sbnernya soeun skit apa?
    Ciyee kimbum sdar klo dia cinta soeun
    I soeun jg kyknya suka dgn kimbum tpi knp dia ngmg dgn kibu klo dia syang dgn kibum
    Sbnernya apa hbungan kibum dgn soeun?
    Pnsran dgn next prtnyaa dtnggu deh eon

  20. ria berkata:

    penasaran bgt thor apa bnr ki bum pcr y so eonni ???? tp bukan dh ky y… tp klw bnr cinta segi tiga dong thor ???
    huaaaa bumpa badboy eh kasmaran y ma cwk pemalu . . .
    next part d tngu bgt y thor

  21. sungyong berkata:

    daebak thor ff’y…
    Ya ampun kakak dan adik menyukai wanita yg sama…
    Kaya’y sso suka sma kim bum dech…

  22. Nitha Chan berkata:

    kerenn.. tapi makin penasaran.. sepertinya sso suka ma bumppa.. tapi ki bum siapa sso??? oppa-nya sso?? huaaaaaaaaaa…… penasarannnn

  23. iin.beomsso berkata:

    Huwaaa kereeen lila (y) aku suka sama jalan cerita nya,, ringan tapi feel nya juga dapet banget.. 🙂
    Cieee bumsso sama” saling jatuh cinta pada pandangan pertama 😀 tapi siapa sebenar’nya kibum?? Apa dia pacar nya so eun atau kakak nya, ,?? Terus sebenar nya so eun kenapa?? Dia punya penyakit yg parah kah?? Huaaaa lila penasaran….
    Ditunggu next part’a… fighting ^_^

  24. nuribumsso berkata:

    huaaaa daebak daebak.. suka bnget sm ceritanya.. kereeen… Good Job ^^
    ceritanya bkin penasaran.. penasaran dgn crita dibalik kisah antara bumsso dan kibum.. kekeke
    next partx ditnggu 🙂 fighting ^^

  25. Melli berkata:

    Wah ceritanya seru, kimbum jtuh cinta pda soeun.
    Dan soeun pacran dgan kibum yg notabene nya musuh kimbum.
    Jadi pnsaran apa yg sbenarx terjdi.

  26. sintiabumsso berkata:

    hoaaaa eonn lilaaaa keren banget aku suka kerenn kyaaaa jd sso pcr kibum nah trusssss gmn sama perasaan bum *poorkimbum kkkk hoaaa tp sso ga bisa lupain kimbum? jd gmn ini eonn? cinya sgitiga kahhh hoaaa lanjutkan eon^^

Tinggalkan Balasan ke Lovely BumSso Batalkan balasan