Hate Or Love (part 5)

Posted: 26 Juli 2014 in FF BUMSSO
Tag:

cats

Part 5


Kim bum mengguyur tubuh polosnya. Mata itu terpejam, teriakan serta rontaan So eun semalam menjadi tamparan keras untuknya. Penyesalan itu menyelimuti sisi redup dalam tubuhnya. Ini salah – fikirnya. Tapi Kim bum, berusaha mengabaikan perasaan bersalah itu. Tidak akan ada penyelasan, Kim bum tidak akan membiarkan dirinya menyesal dengan apa yang baru saja dilakukannya– tidak akan pernah.

Kim bum keluar dari kamar mandi. Menampilkan badan telanjangnya yang masih basah karena aktivitas yang baru saja dilakukannya, ditambah dengan celana santai dibawah lutut yang menutupi kaki jenjangnya. Kim bum mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang tadi tergantung dilehernya. Mata itu menatap tubuh ringkih yang masih tergolek di atas tempat tidurnya. Masih sama seperti beberapa saat yang lalu saat Kim bum meninggalkan gadis itu untuk melakukan aktifitasnya mengguyur diri.

Kim bum melemparkan handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan rambut basahnya kesandaran kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Tatapan mata itu bertemu dengan mata milik gadis yang masih belum bergeming dari tempatnya semula. Tatapan terluka dari gadis itu membuat Kim bum harus rela menahan tubuhnya yang seperti ingin menembus benteng yang sudah bertahun – tahun dibuatnya untuk menghilangkan rasa yang sejak dulu dimilikinya untuk gadis itu.

Langkah kaki Kim bum mendekati tubuh So eun, tidak melepas pandangan matanya dari mata So eun. Sorot mata melukai diarahkan Kim bum pada So eun. Tentu saja Kim bum masih tetap mengikuti hasrat untuk membenci gadis itu, tidak ada hasrat lain selain membenci gadis itu.
Tangan ringkih itu menepis telapak tangan Kim bum yang hendak menyentuh tubuhnya tersebut. Sepertinya gadis itu tetap menekadkan niatnya dan membuktikan ucapannya untuk membenci Kim bum. Jika sebelumnya So eun tidak sepenuhnya membenci Kim bum, tentu saja kali ini gadis itu akan membenci Kim bum dengan sepenuh hatinya. Apalagi yang akan dipertahankan dari seorang Kim bum, pria itu bahkan sudah tidak punya perasaan sekarang. Hati Kim bum bahkan seperti hilang dari tempatnya dan hanya diisi dengan dendam.

Kim bum tersenyum ketika mendapati perlakuan dari So eun. Pria itu menurunkan tangannya sambil menegakkan badannya. Mengamati tubuh So eun yang bergerak, melihat So eun yang beranjak dari tempat tidur yang sedari tadi digunakan gadis itu untuk meletakkan tubuhnya. So eun menutupi tubuhnya yang hanya terbalut pakaian dalam dengan selimut. Tidak ada pakaian lain yang melekat ditubuhnya, selain pakaian dalamnya.

Keheningan mencekam keduanya. Kim bum diam dengan posisinya saat ini, hanya matanya saja yang sedari tadi mengawasi setiap pergerakan yang dilakukan oleh So eun. Gadis itu mengambil pakaiannya yang tergelatak dilantai. Hembusan nafas kesal dikeluarkan oleh So eun, tentu saja So eun tidak akan mungkin bisa mengenakan pakaian itu lagi, mengingat kondisi pakaian itu sudah benar – benar koyak dimana – mana. Benar – benar seperti hati So eun saat ini, yang sudah berlubang dimana – mana sehingga tidak benar – benar bisa difungsikan dengan baik.

Tentu saja Kim bum tau apa yang saat ini ada fikiran So eun. Maka dari itu sekarang Kim bum mengambil sebuah tas yang terletak di atas sebuah meja kaca, mengambil isinya yang ternyata adalah sebuah blous terusan yang tadi sudah dipesannya dari sebelum Kim bum membersihkan tubuhnya.
Didekatinya tubuh So eun yang berdiri disampingnya, gadis itu menundukkan kepalanya. Tidak ingin menatap pria yang saat ini berada dihadapannya. So eun mengeratkan selimut besar yang melilit tubuhnya, berusaha menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian dalam dari penglihatan Kim bum.

“Apa lagi yang mau kau sembunyikan dari mataku?” Pertanyaan yang terlontar datar dari mulut Kim bum, tanpa melihat si lawan bicara tentu saja membuat So eun si lawan bicara semakin kesal dibuatnya.
Pasalnya dari pertanyaan yang terlontar dari mulut Kim bum barusan, membuat otak So eun bekerja dan tersadar bahwa memang apa yang dilakukan So eun saat ini, dengan menutupi tubuhnya dengan selimut tidak akan membuat kenyataan bahwa Kim bum sudah melihat tubuh polosnya itu lenyap.

“Jangan karena aku tak melakukannya semalam, kau jadi berani melawanku.” Bentakkan itu keluar dari mulut Kim bum, ketika lagi – lagi So eun menepis tangan Kim bum yang hendak menyentuhnya.

“Kau kira aku tidak bisa melakukannya? Kau kira aku selemah itu sehingga tidak berani melakukannya semalam? Jangan karena semalam aku tidak melakukannya maka kau bisa dengan bebas melawan apa yang akan aku lakukan padamu.” Nada bicara Kim bum terdengar lebih lembut dari pada sebelumnya ketika mengucapkan serangkaian kalimat panjang barusan.
Satu tangan kokoh itu menarik pergelangan tangan So eun agar tubuh gadis itu bisa lebih dekan dengan Kim bum. ditariknya selimut yang sedari tadi dicengkram kuat oleh So eun sehingga selimut itu jatuh terjuntai ke lantai.

“Kusuruh kau untuk mandipun, kau pasti akan menolakkan! Maka dari itu aku tidak ingin memaksamu untuk mandi, dan aku juga tidak punya keinginan untuk memandikanmu.” Kim bum menghela nafas sebentar untuk mengambil jeda untuk kalimat yang akan terlontar selanjutnya.

“Terserah kau mau membersihkan dirimu atau tidak. Aku tidak peduli. Aku akan mengantarmu ke rumah itu setelah kau merapikan dirimu.” Sambung Kim bum. Pria itu memindahkan pakaian yang sedari tadi ada digenggaman tanganya pada tangan So eun.

Kim bum tersenyum miris, bukan pada So eun yang masih setia menunduk tapi pada dirinya sendiri yang benar – benar terlihat lemah sekarang. Kemana kekuatan Kim bum yang selama ini sudah dipupuknya. Kemana Kim bum yang selalu berapi – api menyerukan kata dendam dalam hatinya untuk gadis di depannya. Dan kemana sumpah Kim bum yang akan membuat gadis di depannya ini selalu meneteskan air mata. Benarkah Kim bum sudah kalah – Mustahil.

So eun memutar tubuhnya. Gadis itu membelakangi tubuh Kim bum. gadis itu sudah tidak punya niatan untuk mengenakan pakaiannya dikamar mandi. Percuma, menutupi semuanya dari Kim bum juga percuma. Membersihkan sentuhan Kim bum dari tubuhnya juga percuma. Pria itu tidak menyentuhnya sama sekali. Kecuali sebuah lumatan kasar dan juga tamparan di pipinya. Kim bum tidak melakukan apapun padanya setelah pria itu melucuti tubuh So eun dan hanya meninggalkan pakaian dalam itu tetap melekat pada tubuh sang pemilik. Selain pelukan posessive yang dilakukan Kim bum setelahnya.

Flash back

Kilatan tajam dari sorot bola mata berwarna hitam pekat itu membuat So eun semakin ketakutan. Tubuh gadis itu menegang ketika Kim bum mencengkram kedua bahunya. Ya… kali ini So eun sudah tidak bisa lepas dari jeratan Kim bum. Seberapa besarpun rontaan yang akan dilakukan So eun, pria itu tetap saja tidak akan bisa melepaskan dirinya.

Air mata itu kembali jatuh dari pelupuk mata indah milik So eun, ketika Kim bum benar – benar sudah menanggalkan seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan pakain dalamnya. Sedetik kemudian So eun berfikir bahwa inilah waktunya dia harus merelakan apa yang harus dijaganya sebagai seorang wanita. Kehormatannya akan terenggut paksa oleh pria yang dulu selalu bersikap hangat padanya. Kekalutan itu ternyata tidak terbukti dan hal buruk yang ada memenuhi otak So eun saat ini tidak sepenuhnya terjadi ketika tubuh kokoh yang tadi menguasainya jatuh kesamping tubuhnya.

“Aku akan selalu membuatmu menangis…”

So eun menolehkan wajahnya kesamping. Melihat tubuh pria yang saat ini terlentang disampingnya. Tidak mengerti sepenuhnya dengan apa yang sedang ada di kepala Kim bum selama ini. tapi rasa syukur itu tidak akan pernah So eun lupakan. Gadis itu tetap mengucap syukur berulang kali pada sang pencipta walau hanya dalam hati. Bukan hanya karena dirinya yang masih bisa menjaga kehormatannya tapi juga karena Tuhan masih mau membukakan celah terang didalam hati Kim bum sehingga pria itu tidak melakukan hal yang memang tidak boleh pria itu lakukan.

“Jika kau lelah bukankah sebaiknya kau beristirahat….sampai kapan kau akan terus berlari?” So eun memiringkan tubuhnya, menatap tubuh Kim bum yang masih berbaring disampingnya. Walau saat ini So eun hanya bisa melihat wajah Kim bum dari samping tapi gadis itu bisa melihat dengan jelas cairan bening yang keluar dari sudut mata Kim bum. Pria itu mengeluarkan air matanya – Menangis.

“Aku bukan pria lemah.” Suara itu bergetar. Kim bum menggerakkan tubuhnya mengubah posisinya yang semula terlentang menjadi memunggungi So eun yang sedari tadi memperhatikannya. Gadis itu melihatnya mengeluarkan air mata – lagi. kenapa selalu So eun yang melihat kelemahan Kim bum, padahal jelas – jelas Kim bum ingin membuktikan pada gadis itu bahwa Kim bum ini adalah pria yang kuat.

“Sampai kapan kau akan membenciku?”

Hening… tidak ada jawaban dari Kim bum. walau pria itu membelakangi So eun, tapi gadis itu tau bahwa saat ini Kim bum belum terlelap. Terbukti dari tubuh Kim bum yang bergetar saat ini, pria itu pasti sedang menangis walau tidak bersuara. Pria itu pasti mati – matian menahan tangisnya agar tidak pecah. So eun tau kebiasaan Kim bum. Dan ini bukan kali pertama So eun melihat Kim bum menangis. Lalu kenapa pria ini tidak ingin So eun melihatnya, apa karena kondisi sekarang berbeda dengan dulu.

“Aku bukan pria lemah..” lagi – lagi kalimat itu yang keluar dari mulut Kim bum.Walau pelan So eun masih bisa mendengarnya.
So eun memberanikan dirinya membelai lembut rambut hitam Kim bum. ini yang selalu membuat Kim bum nyaman. Belaian lembut dari So eun seperti inilah yang beberapa tahun yang lalu selalu membuat Kim bum melupakan semua masalahnya ataupun kekakangan dari sang ayah.

Greep..

So eun kaget, ketika Kim bum memutar badannya secara tiba – tiba dan detik berikutnya pria itu sudah merengkuh tubuh So eun kedalam pelukannya. Kali ini pelukan itu terasa hangat seperti beberapa tahun yang lalu ketika Kim bum dan So eun masih menjalin hubungan baik.
Pelukan yang pernah dirasakan So eun, ketika So eun harus mendengar berita kematian sang ayah. Dan pelukan ketika So eun berada dalam masa – masa sulit ketika kebangkrutan melanda perusahaan sang ayah setelah kepergian beliau. Pelukan hangat, bukan pelukan menyakitkan.

“Bencilah aku Kim so eun… Bencilah aku, yang tidak bisa menghilangkan perasaan ini. kumohon bencilah aku, yang selalu memaksamu….” gumam Kim bum. “kumohon bencilah aku yang masih mengharapmu.” Lanjut Kim bum dalam hati.
Tidak ada jawaban dari So eun, gadis itu tidak ingin menjawab kalimat yang dikeluarkan oleh Kim bum. tidak ingin sama sekali. Setidaknya bukan sekarang. So eun hanya ingin membiarkan Kim bum sedikit melepaskan belenggu gelap yang ada didalam tubuhnya. Walau hanya sedikit setidaknya belenggu hitam itu mulai berkurang dari dalam diri Kim bum.

End of Flash back

Kim bum memeluk tubuh So eun dari belakang. “Jangan pernah mengganggapku lemah, hanya karena kau melihatku menangis semalam.. niatku untuk mnghancurkan hidupmu dan juga ibumu masih selalu ada didalam benakku.” Seringaian tipis tersungging jelas disudut bibir Kim bum.

“Dan jangan pernah mengannggapku, akan takut padamu…” Balas So eun. Gadis itu tidak benar – benar serius dengan ucapannya. Sejujurnya perasaan bersalah So eun saat ini masih membuat gadis itu takut pada Kim bum. Tentu saja bukan hanya karena kesalahan yang dilakukan oleh ibunya yang membuat orang tua Kim bum berpisah, tapi juga karena perasaan yang dimiliki So eun sampai saat ini.
So eun masih bisa merasakan kengerian ketika gadis itu bisa merasakan hembusan nafas Kim bum yang mengenai tengkuknya. Mencoba menghindari Kim bum pun percuma, maka dari itu So eun hanya bisa diam ketika Kim bum dengan santainya membantu So eun untuk menaikkan resleting baju terusan yang tadi diberikan Kim bum untuk So eun.

“Kau benar – benar ingin melepaskan tawananmu, dengan mengantarku pulang?”

Kim bum tersenyum.. pertanyaan So eun benar, mana ada seorang tawanan diantar pulang oleh si penawan. Sejak jaman dulu, tidak ada istilah seperti itu. Kim bum menarik tubuh So eun yang masih membelakanginya hingga membentur dada bidang Kim bum yang tidak tertutup oleh pakaian. Kembali dipeluknya pinggang sang gadis, hingga lagi – lagi gadis itu tidak bisa bergerak.

“Kau pikir itu rumahmu… apa maksudnya dengan pulang?”

“Lalu apalagi yang mau kau lakukan padaku?” Tantang So eun. Tidak ada sirat ketakutan dari pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.

“Kau tidak takut padaku?”

“Kau yang menyuruhku untuk membencimu… jika kau ingin aku membencimu, tentu saja aku tidak boleh takut padamu.”

“Padahal akan jauh lebih menarik jika kau masih takut padaku… tubuhmu akan bergetar hebat jika mendapatkan sentuhanku seperti ini.” Kim bum semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh So eun.

“Lalu apa yang kau inginkan dariku?” pertanyaan itu terdengar pelan, tapi terkesan menuntut jawaban. Mungkin karena So eun sudah sangat lelah mengikuti alur cerita yang dibuat oleh Kim bum sehingga gadis itu bahkan bingung dengan apa yang akan dilakukan setelah ini.

“Memangnya apa yang kau inginkan?”

So eun jengkel… gadis itu melepaskan pelukan Kim bum. ditatapnya lekat mata Kim bum, mencoba mencari suatu kebenaran yang tersembunyi dari bola mata hitam kelam itu. Berharap masih ada celah untuk So eun, untuk menjelajahi dunia Kim bum yang sudah sangat lama tidak terjamah oleh siapapun.

“Aku tidak lelah.. aku bahkan tidak butuh istirahat.. aku ingin menyelesaikan semuanya secepatnya.” Jawaban itu terkesan dingin. Kim bum berusaha mati – matian agar tidak terlihat lemah dihadapan So eun. Lengah sedikit saja, sudah pasti So eun akan tau bahwa sebenarnya Kim bum benar – benar sudah kalah. Bahkan kekalahan ini sangat telak untuk Kim bum. terlebih tidak ada penopang dibelakangnya. Sang kakak bahkan bersedia menjadi rivalnya hanya karena gadis yang ada dihadapannya ini. walaupun sama – sama satu tujuan tapi misi dan cara yang digunakan Kim bum dan Woo bin berbeda, bagaimana jika nanti sang kakaklah yang keluar menjadi pemenang. Walau sebenarnya Kim bum tau bahwa memang pada kenayataannya saat ini sang kakaklah yang sudah menang. Tapi Kim bum percaya ini semua masih belum berakhir dan masih ada jalan untuk dirinya memenangkan semua pertandingan yang telah dijalaninya saat ini.



Seperti biasa rumah yang terlihat besar dan mewah itu selalu nampak hening, tidak ada aura kehangatan dari sekelompok keluarga yang mendiami rumah tersebut. semua penghuninya sibuk dengan kegiatan masing – masing. Tidak pernah memperhatikan keadaan satu sama lain. Jikapun ada pasti hanya sebuah tegur sapa yang berakhir dengan keributan atau pernyataan yang tidak ada penjelasan.

So eun.. gadis itu membuka pintu rumah yang saat ini ditinggalinya bersama keluarga barunya. Rumah yang terlihat seperti istana, namun seperti kosong tak berpenghuni. So eun tidak akan pernah peduli, dan lebih baik bersikap masa bodoh saja dengan keadaan yang seperti ini. lagi pula So eun tidak membutuhkan siapapun disini, So eun juga tidak peduli pada semua orang yang ada di rumah ini kecuali So hyun.

Astaga, So eun sampai lupa jika beberapa hari ini dirinya tidak pernah menemani So hyun bermain ataupun membantu adiknya itu untuk belajar. Ya.. walaupun ayah So hyun dan So eun bukan pria yang sama, tapi mereka berdua tetap dilahirkan dari rahim wanita yang sama jadi sudah pasti So eun akan menyayangi So hyun.
So eun berjalan menuju kamar So hyun, hari ini hari libur sudah pasti adik perempuannya itu tidak pergi ke sekolah. Mungkin akan lebih baik jika So eun menyempatkan diri melihat keadaan sang adik sebelum dia menuju kamarnya untuk beristirahat.

“So hyun-ah.” Panggil So eun, ketika gadis itu sudah membuka pintu kamar sang adik.

“Kakak..”

“Ahh… maafkan kakak sudah mengganggumu So hyun-ah.” So eun membalikkan badannya. Gadis itu tidak menyangka Woo bin bisa berada di kamar So hyun dan membantu gadis kecil itu untuk belajar. Sejak kapan Woo bin menyukai So hyun, bukankah selama ini kakak tirinya itu juga tidak terlalu peduli pada sang adik sama seperti Kim bum.

“Kakak.. dari mana saja, kenapa semalaman tidak pulang? Kakak tidur dimana? Apa terjadi sesuatu padamu?” rentetan pertanyaan dari So hyun tidak mendapat jawaban dari So eun.
So eun tetap saja melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kamar So hyun. Satu – satunya tempat yang menjadi tujuannya saat ini yaitu adalah kamarnya. So eun ingin segera merebahkan tubuhnya, dan mengistirahatkan tubuhnya.

“Ada apa dengan kak So eun, tidak biasanya kak So eun bersikap seperti itu.” Gumam So hyun. Gadis kecil itu mengentikan aktifitasnya sambil terus memandangi tempat dimana tadi So eun berdiri.

“Apa kau sedih, karena kakakmu bersikap seperti itu?” Tanya Woo bin.

So hyun menganggukkan kepalanya. “Selama ini hanya kak So eun yang peduli padaku. Hanya dia yang selalu menemaniku bermain ataupun belajar. Tidak ada yang lain. Baik itu ibu, ayah, ataupun kak Woo bin dan juga kak Kim bum.” tutur So hyun dengan perasaan sedih.

Woo bin tersenyum mendengar penjelasan So hyun. Gadis kecil ini juga kesepian ternyata, sama seperti dirinya. Pria itu berfikir, ternyata bukan hanya dirinya, Kim bum dan So eun yang menjadi korban dari rusaknya keluarganya ini melainkan So hyun pun juga. “Bukankah sekarang aku sudah menemanimu belajar.” Ucap Woo bin sambil menepuk pelan kepala So hyun.

“Kenapa sekarang kakak mau berbicara padaku?” Tanya So hyun, dengan polosnya.

“Memangnya tidak boleh jika aku berbicara padamu.” Woo bin balik bertanya pada sang adik.

“Bukan seperti itu. Aku menyukaimu, menyukai kak Kim bum dan juga kak So eun. Tapi selama ini hanya kak So eun saja yang mau menganggapku sebagai adik, sedangkan kalian berdua tidak pernah memperhatikanku walau hanya sebentar.” Jelas So hyun.

“Kak Kim bum, malah selalu membentakku. Apa kalian tidak suka padaku dan juga kak So eun. Bukankah aku ini adik kandung kalian?” sambung So hyun.

Lagi – lagi Woo bin tersenyum mendengar kalimat – kalimat yang keluar dari mulut sang adik. Gadis kecil ini sudah pintar berbicara rupanya, hingga Woo bin saja susah untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan kepadanya. Rasa bersalah itu menyelimuti hatinya hingga membekukan lidahnya. Tidak bisa menjawab pertanyaan sang adik, yang memang tidak seharusnya mendapat perlakuan yang buruk dari kakak – kakaknya.

“Kami semua menyayangimu.. baik itu ibumu, ayahku, So eun, aku dan juga Kim bum. hanya saja ada beberapa hal yang kau masih belum bisa memahaminya.” Jelas Woo bin.

“Lanjutkan belajarmu. Aku ingin berbicara sebentar dengan So eun.” Ujar Woo bin, sambil beranjak dari tempatnya.

So hyun mencengkram baju Woo bin, menahan sang kakak untuk beranjak. “Jangan membuat Kak So eun menangis. Aku tidak mau dia bersedih.” Pinta So hyun.
Woo bin menganggukkan kepalanya. Pria itu tersenyum walau hanya senyuman tipis. Dan pergi meninggalkan So hyun.

Kini tubuh jangkung itu berdiri tepat dihadapan pintu kamar So eun. Woo bin memantapkan hatinya untuk sekedar mengetuk pintu itu dan menyambut sang pemilik kamar. Perasaan bersalah menyelimuti hatinya. Semuanya sudah berjalan, dan tidak mungkin untuk diputar ulang. Jika memang terjadi sesuatu pada So eun, itu pasti semua karena Kim bum. Woo bin tidak berhak mencampuri urusan sang adik, karena memang Woo bin tidak memiliki wewenang untuk itu.

“Bolehkah aku masuk kedalam?” Woo bin bertanya pada sang pemilik kamar. Pria itu masih tidak ingin mengetuk pintu atau masuk kedalam kamar tersebut. Masih menunggu sang pemilik kamar menyambutnya atau sekedar memberikan jawaban yang membolehkan dirinya memasuki kamar So eun.

Hening… tidak ada jawaban dari dalam, danWoo bin tau apa yang sedang dilakukan oleh adik tirinya itu. Bukan karena Woo bin mempunyai ikatan batin dengan So eun, tapi insting Woo bin sangat kuat jika itu menyangkut adik kandung dan juga adik tirinya ini.

“Aku akan masuk kedalam.” Woo bin, memutar handle pintu kamar tersebut sehingga pintu itu terbuka. Dan contohnya seperti ini, Woo bin bahkan tau jika saat ini So eun tidak mengunci pintunya.
Mata kelam itu langsung memfokuskan pandangannya pada tubuh gadis yang saat ini tengah duduk di samping tempat tidurnya dengan memeluk kedua lututnya.

“Apa Kim bum melakukannya?” pertanyaan itu langsung pada titik sasaran. Woo bin bukan tipe pria yang suka berbasa – basi. Jadi pria itu akan langsung pada pointnya jika menanyakan suatu masalah.

So eun tidak menjawab peertanyaan sang kakak. Gadis itu masih setia dengan posisinya. Fikirannya masih dipenuhi dengan kata kenapa dan kenapa… kenapa Kim bum begitu membencinya? Kenapa Woo bin mengacuhkannya? Kenapa ibunya tidak memperhatikannya? Dan kenapa ayahnya pergi meninggalkannya?

“Aku yakin Kim bum tidak setega itu melakukannya. Aku mengenalnya. Bisakah kau beritaukan padaku dimana Kim bum sekarang?”

“Apakah kau hanya mempedulikan keadaannya? Apakah kau tidak ingin tau bagaimana keadaanku?” Akhirnya So eun mengeluarkan kalimatnya. Gadis itu lelah, ketika Woo bin selalu mengacuhkannya. Walaupun So eun tau apa alasan Woo bin melakukannya.

“Aku tidak perlu menanyakan keadaanmu karena mataku sudah melihatmu sekarang. Kau lebih kuat darinya. Dan itu yang membuatku takut.” Woo bin tidak mendekati tubuh So eun, tubuh tinggi itu masih tetap berdiri tegap di ambang pintu. Terbesit sebuah keinginan untuk Woo bin memeluk So eun. Membawa tubuh kecil itu untuk masuk kedalam peluknya, tapi Woo bin tidak bisa melakukannya.

“Aku tidak sekuat yang kau fikirkan, dan dia tidak selemah yang kau tau. Tidak bisakah kau juga melihatku, memperhatikanku seperti kau memperhatikannya!” So eun berteriak.. sudah tidak bisa lagi menahan semuanya. Hanya pada pria ini So eun berani mengungkapkan semuanya, walaupun itu semua tidak ada gunanya.

“Dia adikku… dan kau musuhku.”

“Ya… DIA ADIKMU.” Teriak So eun…

“Kau terlihat menyedihkan So eun-ah”

“Ya.. dan itu semua karena kau dan juga adikmu itu. Pergilah dari sini karena aku tidak akan pernah mau memberitaukan dimana dia sekarang.”

Woo bin tersenyum mendengar ucapan So eun. Woo bin bukan pria bodoh, bahkan pria itu terlalu pintar untuk mengetaui keberadaan sang adik. Woo bin, hanya ingin memastikan bahwa So eun masih mau mempercayainya walaupun itu tidak mungkin. Woo bin tau bahwa perasaan itu masih ada walau hanya sedikit dan itu tentu tidak mungkin terealisasikan.

Woo bin melangkahkan kakinya untuk mendekati tubuh kecil So eun. Tentu saja Woo bin akan semakin lemah jika berhadapan dengan So eun. Sama seperti sang adik. “Bencilah aku So eun-ah. Sampai kapanpun aku akan berusaha untuk tidak melihatmu. Jangan penah menganggapku berada di sisimu hanya karena aku selalu menolongmu dari Kim bum. Aku tidak lebih baik dari adikku.”

Woo bin merendahkan tubuhnya, ditariknya So eun agar gadis itu berdiri. Dan ketika keduanya sudah berdiri sejajar Woo bin langsung menarik tubuh So eun ke dalam pelukannya. “Bencilah aku So eun-ah. dan hilangkan rasa takutmu pada Kim bum.”

So eun terdiam ketika Woo bin memeluknya, jika sekarang Kim bum yang melakukannya sudah pasti gadis itu akan meronta. Tapi ini adalah Woo bin, pria yang dulu pernah menjadi harapannya. Walaupun So eun tidak membalas pelukan pria itu, tapi tentu saja So eun menikmatinya. “Kalian berdua sama.” Gumam So eun.

“Karena kita saudara.” Jawab Woo bin. Masih dengan posisinya.

“Aku juga saudaramu.” Bela So eun.

“Kita berbeda..” Yakin Woo bin. Pria itu melepaskan pelukannya pada tubuh So eun. Tidak ada senyuman. Wajah itu datar tapi menenangkan.

“Kau tidak perlu memberitaukan padaku dimana keberadaan saudaraku. Karena hatiku akan selalu menuntuku untuk menemukan keberadaannya.” Woo bin memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar So eun.

“Aku membenci kalian berdua.. selamanya.. aku membenci kalian.” Lirih So eun. Dan tubuh itu langsung merosot ke lantai. So eun benar – benar tidak akan bisa menyentuh hati Woo bin sampai kapanpun. Dan So eun tidak akan pernah bisa membuat Kim bum kembali seperti dulu. Bisakah Tuhan membawa So eun pergi bersama dengan ayahnya saja, bukankah semua yang ada di dunia ini tidak ada gunanya untuk So eun sekarang.

***

“Lama tidak bertemu Tae hee-ya.”

Dua orang wanita berusia senja itu saling duduk berhadapan di sebuah restoran. Aura menegangkan itu menyelimuti keuduanya. Dua sahabat yang sekarang sudah saling menjauhkan diri dari masing – masing.

“Aku tidak menyangka kau masih mau menemuiku yi hyun-ah!” Tae hee tersenyum mengejek ketika mendapati mantan sahabatnya itu tengah duduk di hadapannya.

“Kau fikir aku sengaja ingin bertemu denganmu.. sampai matipun aku tetap tidak akan melupakan perbuatanmu padaku dan juga keluargaku.”

Tae hee terkekeh mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut yi hyun. Wanita ini masih membencinya. Tae hee tau bahwa Yi hyun memang tidak akan pernah bisa dengan mudah memaafkan kesalahannya. Mungkin selamanya mantan sahabatnya ini akan selalu membencinya tapi itu tidak akan membuat Tae hee melepaskan semuanya.

“Lalu apa maksudmu, mengajakku bertemu?”

“Sampai kapan kau akan membuat kekacauan ini? Apa kau tidak tau bagaimana perasaan anak – anak kita sekarang!”

Tae hee kembali terkekeh mendengar kalimat yang keluar dari mulut Yi hyun. Kenapa wanita ini bersikap sok baik dengan menunjukkan perhatiaannya pada anak – anak. Oh… Tae hee melupakan sesuatu, wanita ini hanya memikirkan putra – putranya sendiri dan bukannya kedua putrinya. “Kau lucu Yi hyun-ah”

“Hentikan semuanya… biarkan mereka bisa hidup layaknya anak – anak yang lain.”

“Aku tidak peduli pada putra – putramu.. aku hanya peduli pada kedua putriku, aku ingin mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milik mereka.”

“Sampai kapan kau akan menutup matamu.. jika yang kau inginkan hanyalah harta Jae wook ambilah semua. Bukankah dulu suamiku sudah memberikan semuanya padamu.. kau yang menolaknya.”

“Dia suamiku.. bukan suamimu lagi.”

“Kau yang menjebaknya sehingga dia harus menikahimu…”

“Mantan suamimu membunuh suamiku… Jae wook merebut semuanya dari Nam gil. Kenapa kau masih membela mantan suamimu yang jelas – jelas sudah menelantarkan hidupmu.”

“Kau benar – benar sudah gila, itu semua takdir.. Bukan Jae wook yang membunuh Nam gil, itu kecelakaan. Bukankah kau dan aku juga ada disana menyaksikan kejadiannya.”

“Persetan dengan semuanya.. Kau tidak berhak mengguruiku. Aku tidak peduli dengan siapapun. Aku hanya ingin semuanya kembali padaku. Anak – anakku harus hidup layak. Aku tidak mau membuat mereka menderita lagi.” Teriak Tae hee. Wanita itu segera menyambar tasnya dan segera beranjak dari tempatnya.
Tae hee tidak ingin terlibat dalam pembicaraan yang dianggapnya tidak masuk akal ini. Yi hyun terlalu lemah untuk semuanya, atau wanita itu memang sengaja ingin terlihat lemah di hadapan Tae hee. Yi hyun tidak pernah merasakan betapa hancurnya Tae hee ketika dirinya mendapatkan suaminya meninggal di depan kedua matanya. Tae hee harus mengurus So eun sendirian ketika perusahaan suaminya mengalami kebangkruatan. Tae hee sudah melangkah sejauh ini, tidak mungkin dirinya bisa berhenti. “Maafkan aku Yi hyun-ah.” gumam Tae hee pelan, ketika tubuh wanita itu sudah menjauh dari Yi hyun.

“Caramu ini salah Tae hee-ya” lirih Yi hyun.
Yi hyun menundukkan kepalanya. Percuma Yi hyun menurunkan harga dirinya untuk menemui Tae hee, akhirnya Yi hyun tetap saja gagal membuat Tae hee menghentikan semuanya. Yi hyun sudah merelakan suaminya untuk Sahabatnya sendiri walaupun hatinya terluka, tapi Tae hee tetap pada pendiriannya.

“Maafkkan ibu anakku.” Lirih Yi hyun.

***

Woo bin tampak gelisah. Berkali – kali pria itu melirik ke arah jam berwarna hitam yang melingkari pergelangan tangannya. Sudah hampir dua jam Woo bin berdiam diri menunggu sang ibu, tapi wanita yang telah melahirkannya itu tak kunjung juga datang. Kemana perginya sang ibu, kenapa hingga malam telah larut wanita itu belum juga pulang.

Woo bin hendak beranjak dari sofa panjang yang saat ini tenga didudukinya untuk kembali ke rumah ayahnya. Mungkin malam ini ibunya bermalam di butik sehingga wanita itu tidak pulang.

“Woo bin-ah sejak kapan kau ada di sini?” Yi hyun kaget ketika mendapati sang putra sulung sudah berada di rumahnya tepat di saat wanita itu menginjakkan kakinya ke dalam rumah.

“Kenapa ibu baru pulang? Apa yang ibu lakukan seharian?” Woo bin menghampiri sang ibu, dan membimbingnya untuk duduk di sofa yang tadi didudukinya sebelum sang ibu datang.

Yi hyun membelai rambut putranya. Yi hyun berharap semua kekacauan yang ada akan segera berakhir. Wanita itu sangat ingin berkumpul dengan kedua putranya. Yi hyun sudah tidak bisa mengharapkan kehadiran Jae wook lagi, karena mantan suaminya itu sudah memiliki wanita lain di sampingnya.

“Ibu ingin menyelesaikan semuanya sayang…”

“Aku juga ingin menyelesaikannya bu… menyelesaikan semua perasaan ini.” Jawab Woo bin.

“Ibu akan selalu mendukungmu dan juga mendoakanmu… Ibu percaya bahwa anak – anak ibu sudah besar. Kalian tau apa yang harus kalian berdua lakukan.”

“Aku tidak ingin menyakitinya bu… Aku menyayangi Kim bum.”

“Ibu tau sayang..”
Woo bin menyandarkan kepalanya di bahu sang ibu.. Pria itu ingin merasakan kehangatan sang ibu. Hanya ini yang dibutuhkannya sekarang, selama ini Woo bin terlalu gengsi untuk bermanja – manja pada sang ibu. Woo bin terlalu sulit mengungkapkan perasaannya pada sang ibu atau sang ayah. Woo bin sangat berbeda dengan Kim bum yang dengan begitu mudahnya mengeluarkan semua perasaannya pada orang lain.

Kim bum menyandarkan tubuhnya di balik dinding… Kim bum mendengarkan percakapan antara kakak dan ibunya. Kim bum menyeka air mata yang entah sejak kapan keluarnya. Kim bum merutuki kebodohannya. Kim bum ini laki – laki dewasa, tapi kenapa dirinya masih bisa mengeluarkan air mata. Dimana kekuatannya. Kenapa semakin hari, Kim bum menjadi pria yang lemah. Kenapa Kim bum tidak bisa menjadi Woo bin yang selalu bisa tegar.

“Kemarilah sayang… ibu tau kau ada disana!” seruan sang ibu membuat langkah Kim bum yang tadinya ingin pergi meninggalkan rumah sang ibu menjadi urung dilakukannya. Kim bum membatu, pria itu masih belum siap untuk bertemu dengan sang kakak. Ada perasaan takut yang menyelimutinya. Kim bum akan lebih takut pada sang kakak dari pada sang ayah. Selama ini hanya kakaknya lah yang selalu membela dirinya dalam keadaan apapun terlepas dari pengawasan sang ibu.

“Kakakmu sudah tidur.. kemarilah sayang.” Yi hyun kembali menyuruh Kim bum untuk mendekatinya.

Kim bum melangkahkan kakinya mendekati tempat dimana ibu dan kakaknya berada. Benar apa yang dikatakan sang ibu. Woo bin sudah tertidur, pria itu tertidur di pangkuan sang ibu.

“Aku hanya ingin memastikan kondisi ibu..” Ucap Kim bum.

Yi hyun menganggukkan kepalanya.. “Ibu baik – baik saja sayang… kenapa belakangan ini kau tidak pernah mengunjungi ibu. Apa terjadi sesuatu padamu?”
Kim bum menggeleng. Dia tidak ingin menceritakan apapun pada sang ibu. Tidak ingin sama sekali. Kim bum bahkan malu pada dirinya sendiri karena melakukan perbuatan yang tidak seharusnya dia lakukan.

“Kau ingin bermalam di sini?” Tanya Yi hyun lembut..

Kim bum ingin mengiyakan jawaban sang ibu, jika saja matanya tidak melihat pergerakan sang kakak. Woo bin menggerakkan tubuhnya, dan beberapa detik berikutnya mata kelam sang kakak terbuka. Kim bum membalikkan tubuhnya. Tidak ingin bersapa dengan sang kakak. ini belum waktunya – fikir Kim bum.

“Tinggalah.. Aku akan pergi.” Ucap Woo bin. Menginterupsi Kim bum agar pria itu tidak meninggalkan rumah ibu mereka.
Kim bum tidak menjawab. Tapi pria itu tidak melangkahkan kakinya. Membelakangi kakak dan juga ibunya.

“Jangan pulang larut malam lagi.. Besok aku akan menemuimu lagi..” Woo bin mengecup dahi sang ibu dan beranjak dari tempatnya. Woo bin tau bahwa adanya dirinya di rumah sang ibu akan membuat Kim bum tidak nyaman. Woo bin akan lebih memilih pergi, dari pada membiarkan sang adik yang pergi.

Woo bin beranjak dari tempatnya ketika mendapat anggukan dari sang ibu. Pria itu melangkahkan kakinya melewati sang adik tanpa menghiraukan keberadaan sang adik yang saat ini di depannya. Keluar dari rumah sang ibu, dengan perasaan terluka.

“Aku ingin menyusulnya bu..” Pamit Kim bum. ketika dia menyadari bahwa Kim bum harus meminta maaf pada sang kakak.

Kim bum berlari keluar dari rumah sang ibu, mengedarkan pandangannya mencari – cari sosok sang kakak. mata itu menangkap mobil sang kakak masih belum beranjak, itu berarti Woo bin masih belum pergi.

Kim bum berlari menghampiri sang kakak yang pasti sudah berada di dalam mobilnya. “Aku ingin bicara denganmu.. keluarlah!” Pinta Kim bum sambil mengetuk kaca mobil sang kakak.

Woo bin menyunggingkan senyumnya. Akhirnya sang adik mau melihatnya kembali. Pria itu menuruti permintaan sang adik. Woo bin keluar dari mobilnya. Kini kedua kakak beradik itu berdiri saling berhadapan.
Woo bin tidak ingin buka suara, pria itu akan menunggu apa yang akan dikatakan oleh Kim bum.

“Kau tidak ingin tau apa yang kulakukan padanya? Bukankah kau ingin melindunginya!”

Woo bin tersenyum, sesaat kemudiam pria itu melayangkan kepalan tangannya pada wajah sang adik. “Hanya itu yang ingin aku berikan padamu hari ini.” Jawab Woo bin. Pria itu kembali memasuki mobilnya, memacu mobilnya menjauhi tubuh Kim bum.

“Kau masih menginginkannya.. kakak” gumam Kim bum. masih menatap kepergian sang kakak.

***

Cahaya lampu di dalam kamar itu tampak temaram.. Sang pemilik kamar sedang terlelap menuju alam mimpi. Entah sudah berapa kali gadis yang saat ini sedang terbaring di tempat tidurnya itu menyeka air mata yang terus bergulir membasahi wajah cantiknya, hingga gadis itu akhirnya bisa terlelap ke alam mimpi hingga tidak menyadari seseorang tengah memasuki kamarnya.

Tae hee memasuki kamar putri sulungnya, di dekatinya tubuh yang kini tengah terbaring dengan lelapnya. Wanita itu membelai lembut rambut hitam panjang milik sang putri. Sudah sangat lama sekali Tae hee tidak melakukannya. Wanita itu sudah sangat lama mengabaikan putrinya bahkan terkesan tidak peduli pada keadaaan apapun yang menimpa sang putri.

“Kau pasti sangat lelah So eun-ah… jangan pernah memaafkan ibu sayang.. gara – gara ibu kau jadi menderita.” Tae hee mengecup kening sang putri.. di usapnya air mata yang merembes dari kelopak mata yang saat ini tengah terpejam itu. Bahkan di dalam lelapnya, So eun masih mengeluarkan air matanya. Putrinya sudah mengorbankan semuanya hanya karena ambisi Tae hee.

So eun harus kehilangan sahabatnya.. harus kehilangan sosok yang sangat di kaguminya dan itu semua karena sang ibu. “Jika semuanya sudah selesai, ibu berjanji akan memberikan perhatian padamu sayang..”

“Aku membencimu… Kim bum-ah.” Tae hee mengerjap.. putrinya mengigaukan nama anak tirinya. Sudah separah inikah dampak perbuatannya pada sang anak. Kenapa So eun harus membenci Kim bum? fikir Tae hee..

“Aku membencimu… Ibu..” Tae hee tak kuasa menahan sesak di dadanya ketika kalimat yang paling di takutinya keluar dari mulut sang putri. So eun membenci dirinya. Apakah sekarang waktunya untuk menyerah.. merelakan apa yang telah hilang, dan meninggalkan semuanya. Bagaimana dengan kehidupannya nanti. Haruskah Tae hee menjalani hidup susah hanya bersama dengan So eun. Apakah putrinya akan mau menerima dirinya walau kehidupan mereka tidak seperti dulu…. wanita itu tersedu, membayangkan bagaimana masa depan anak – anaknya nanti.

“Jangan menangis… bukankah ibu wanita yang kuat!”

Tae hee tertegun.. suara itu membuatnya merasa kuat. Tae hee menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Wanita itu makin terisak ketika mendengar suara putrinya.

So eun yang tiba – tiba terbangun dan mendapati sang ibu, berada di sampingnya segera merengkuh tubuh sang ibu ketika mendapati ibunya sedang menangis. “Kita pergi saja bu… bukankah kita memang tidak seharusnya berada di sini. Ini bukan tempat kita!”

“Apakah kau siap hidup susah sayang…?”

Pertanyaan sang ibu membuat So eun mendelik.. apa karena ini ibunya mampu membuak keluarga Kim bum berantakan. Apakah karena ibunya terlalu memikirkannya sehingga ibunya ini nekad merebut suami sahabatnya sendiri. Jika memang karena itu, tentu saja semua ini karena salah So eun.

“Aku tidak apa – apa.. yang terpenting aku bisa bersama dengan ibu.. kita pergi dari sini, aku bisa bekerja.. aku bisa melakukan apapun asalkan bersama dengan ibu.”

Tae hee tidak kuasa mendengar penuturan So eun. Putrinya ini bahkan jauh lebih kuat dari pada dirinya. So eun sudah mengorbankan semuanya untuk ambisi Tae hee. Sepertinya wanita itu harus menentukan pilihannya. Tae hee beranjak dari tempatnya, wanita itu berjalan keluar dari kamar So eun. Tidak ingin lebih lama lagi mendengar penuturan sang putri. Kalimat So eun membuat hatinya hancur, dan seakan – akan menggagalkan semua usahanya selama ini.




Hari ini So eun kembali bekerja ke kantor.. hari kemarin membuatnya lelah, bahkan sampai tadi pagi So eun tidak bisa menemui sang ibu. Ibunya sudah pergi pagi – pagi sekali. Ayah tirinya tidak tau kemana pergi sedangkan Woo bin, pria itu juga tidak di lihatnya sejak terakhir kali perbincangannya kemarin. Dan tadi pagi So eun pun hanya sarapan berdua saja dengan So hyun.

So eun mengumpulkan keberaniannya ketika dirinya hendak memasuki ruangannya. Lagi – lagi ada perasaan takut mendera dirinya. Kim bum.. satu nama itu mampu membuat nyalinya menyusut.

“So eun-ah..” panggilan itu menghentikan niat So eun yang tadi akan membuka pintu ruang kerjanya.

“Kak Se young…”

“Hm… Kau baru datang… apa kau ingin pergi bersamaku.. seseorang menyuruhku untuk membelikannya makanan untuknya sarapan!”

“Maaf… ada sesuatu yang harus kuselesaikan, jadi aku tidak bisa menemani kakak… maafkan aku.”

“Baiklah.. tidak apa – apa.. segeralah selesaikan pekerjaanmu.. aku pergi dulu So eun-ah.”

Dan saat Se young sudah pergi, So eun pun bergegas membuka pintu ruang kerjanya dan segera masuk kedalam ruangan tersebut. Ada perasaan iri pada diri So eun, ketika dia fikirannya meyakini sesuatu.. sudah pasti orang yang menyuruh Se young membelikan makanan itu adalah Woo bin.. karena tidak ada satu karyawan pun yang berani memberi perintah pada Se young kecuali Woo bin dan juga Kim bum. Dan untuk Kim bum, pria itu terlalu menghormati Se young hingga menyuruh wanita itu membelikannya makanan. Andaikan saja, Woo bin mau merepotkan dirinya sudah pasti So eun akan meluangkan waktunya.

So eun menghela nafasnya, lagi – lagi So eun mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin… So eun hendak menuju tempat duduknya jika saja dia tidak melihat sebuah tubuh yang saat ini tengah terbaring di sofa panjang yang berukuran cukup besar di sudut ruangan besar ini.

“Apa yang dilakukannya sepagi ini..” lirih So eun… dengan perasaan takut, So eun pun mendekati orang tersebut. Hanya untuk memastikan bahwa pria itu adalah Kim bum.

So eun berjalan mendekati tubuh pria itu, menatapnya dengan intens.. So eun merindukan Kim bum yang dulu.. bukan Kim bum yang pendendam.. bukan Kim bum yang sangat membencinya dan ingin sekali menghancurkan So eun seperti sekarang.
So eun hendak menyentuh wajah So eun, namun dengan sigap sebuah tangan kekar menahannya sehingga membuat So eun terlonjak.

“Apa kau masih mengharapkannya?”

So eun ternganga.. apa maksudnya pertanyaan yang tiba – tiba di ajukan oleh Kim bum ini. Kenapa pria in tiba – tiba menanyakan hal yang membuatnya bingung.

“Kau masih menginginkannya atau tidak?” Bentak Kim bum, tidak sabar.. pria itu kembali pada sikap palsunya.

“A-apa.. m-mak-sudmu?” So eun tergagap.. mendapat perlakuan dari Kim bum yang tiba – tiba membentaknya. Kenapa Kim bum sangat suka membuatnya takut.

Grepp….

Kim bum tidak menjawab pertanyaan dari So eun, pria itu menarik tubuh So eun sehingga wanita itu jatuh tepat di badan Kim bum yang masih terbaring. So eun meronta.. tidak ingin membuat Kim bum bersikap seenaknya pada dirinya. Terlebih akan sangat memalukan jika ada yang melihatnya dalam posisi seperti ini bersama dengan Kim bum.

“Jangan mengharapkannya lagi… jangan menunggunya, dia tidak akan pernah melihatmu!” Pinta Kim bum. Pria itu menikmati posisinya seperti ini. Kim bum menikmati aroma tubuh So eun pagi ini. Aroma yang selalu membuatnya tenang.

“Berhenti bicara tidak masuk akal seperti ini.. lepaskan aku!” Ronta So eun. Gadis itu mencoba melepaskan tubuhnya dari kurungan lengan kekar Kim bum.

Seseorang memasuki ruangan Kim bum dan So eun.. penampilannya hari ini sama berantakannya dengan Kim bum yang hanya mengenakan pakaian casual tanpa kemeja, jas dan dasi yang selalu membuatnya berwibawa setiap hari. “Aku ingin berbicara denganmu… dan ini….” kalimat itu menggantung ketika orang itu membuka ruangan orang yang akan ditemuinya.

“Sepertinya aku harus mengatakannya lain kali..” lanjut orang tersebut, dan segera kembali keluar dari ruangan sang adik.

“Kak Woo bin..” Panggil So eun, mencegah kakak tirinya untuk pergi. So eun tidak ingin Woo bin salah paham akan dirinya. So eun berhasil bangun dari posisinya semual, tapi Kim bum berhasil mencegahnya untuk mengejar Woo bin.

“Kau mau kemana?”

“Aku ingin menjelaskan padanya, bahwa apa yang dilihatnya hanyalah…”

“Hanya apa?” Potong Kim bum, dengan nada suara meninggi

“Bukan kau yang akan menjelaskan padanya, tapi aku.. dia tidak peduli padamu, jadi jangan berfikir jika dia akan peduli dengan apa yang dilihatnya tadi. Kau tidak ada artinya untuknya… harusnya sejak awal kau paham akan itu.”

So eun bungkam, tidak bisa menanggapi kalimat panjang yang diberikan oleh Kim bum. kalimat itu sedikit menyadarkannya. Yaa…So eun memang tidak ada artinya untuk Woo bin.. ya So eun sadar diri akan hal itu.

“Tetaplah disini.. tetaplah diam disini!” perintah Kim bum.. pria itu pun segera meninggalkan ruangannya dan juga So eun yang langsung duduk lemas di sofa panjang yang ada dibelakangnya.. Kim bum menyadarkan So eun, bahwa memang dirinya tidak bisa mengharapkan apapun dari orang yang selalu dikaguminya itu.

Ingatan itu kembali lagi.. berputar – putar di benak So eun. Kepala itu benar – benar sakit.. kenapa dirinya masih bisa menyimpan memori – memori itu. Jika di beri kesempatan So eun sudah pasti tidak akan mengatakannya dan membuat seseorang terluka hingga orang itu mampu melukai So eun sampai separah ini..

“Aku menyukaimu…” Ungkapnya..

~~~ TBC ~~~

 

Komentar
  1. sheftt rhieya kyuna bumsso berkata:

    gk suka deh kalau sso eon lebih milih woo bin… ff nya bikin kesel karna bikin nyesek ama penasaran..

  2. […] Hate Or Love (part 5) […]

  3. nur bummies berkata:

    sumpah nih ff bisa buat aku nyesek. benci. kasian. trs tersentuh. hadeuh unnie. di part ini awalnya benci banget ma bum ingin sso bner² blik ngancurin bum *saya kjam* tpi melihat kelemahan bum buat hati saya tersentuh dan gk tega ma bum. bner² ff yg mainin perasaan banget.

  4. erlina berkata:

    chingu. lnjutin next part ny yachhh^^„ pngen bca hate or love part.6
    Seru bgt, pdahal kim bum cnta ama sso.tpi rsa dndam mngalahkan sgala ny. dtnggu next part nyy. klo udh jdi cpetan d post yach. bnyk yg mnunggu jga„hehehe

  5. elsyahadu berkata:

    yg disukai sso itu woo bin?? *gagal ngerti*
    aahh,, lanjut part slanjut’a…
    Yg bakal trsakiti bngt itu siapa? Sso atau kimbum..

  6. indah yulistiya berkata:

    permisi readers baru lewat 😀 thor kapan ini ff di lanjutin penasaran sama akhir kisahnya 😥 trus apa sso eun jadi keluar dari rumah ? semoga akhirnya bumppa menyesal telah menyalahkan sso .. lanjut eon jangan lama ” please

  7. Fatma berkata:

    Ceritanya, seru walau ada sedihya juga, tpi bgus karna membuat pnasaran bgi pmbca, n tdk sbar untuk part slnjtnya.
    Semangat author untk lanjtin part slnjtnya,

  8. sintiabumsso berkata:

    Yaampun eon lilaaa mapin tia baru baca baru buka blognya heheh yaaapunnnnn keren bgt dahhh aku ampe netesin air mata bacanya akhirny cinta kmbali ke tmpt msg2. Takdir mmang tdk bisa di abaikan mski cinta kb sama sso hrs trhalang sama ki bum ttp aja akan kmbali ke tmpt smula hehe kerenn dh pokonyaaa aku msh nyari film ini ekekeke :’))

  9. sintiabumsso berkata:

    Omg eonnn lilaaaaa duhh tia lg lg hrs nahan emosi bacanya gilaaaa keren bgt eonn smkin kesini smkin cerah ceritanya dpt bayangan byangan gimana klanjutannya nebaknbak buat klanjutannyaaaaa uaaaa apakah yg bkl trjd sama bum. Kalo iya sperti yg aku byangin yg paling paling mnderita adlh kb stagahhhhh kasiannnnnn huaaa lanjutkannnn eonnn^^

  10. kimarytheangel berkata:

    Emm kyk na ak mulai faham sdikit jln crita na, dl bumsso sahabat krn ortu mrk jg sahabatan tpi sso suka na ma woobin benar ga seh?? Klo bnr, aigo yg plg kasian itu kimbum ya

  11. Nhaeyoriee berkata:

    Jdi semuanya karna ibu sso..hmmm aqu jdi agak sedikit ngerti thor inti dari masalah ini..hehe
    kyaknya bumppa nggak bner2 mau ngancurin sso.,buktinya dia masih bsa ngendaliin dirinya supaya nggak berbuat terlalu jauh atas diri sso..bner nggak?? Fighting thor.

  12. Dewi berkata:

    ini ff yg bikin penasaran bgt nunggu next part nya
    lanjut ne eon
    fighting!

  13. khanza adzkia berkata:

    aq msih krang pham dg jln critanya…misterius critanya….
    tp i like this….bner2 mnguras emosi pas bcanya…..
    next y jg lama2 pnasaran bnget nich…..

  14. Chachicha berkata:

    Huah skrng aku udh mulai ngerti jalan ceritanya..
    Hmm makin penasaran..
    Di tunggu part selanjutnya..
    Author fighting ^^

  15. shaneyida berkata:

    Wuaa makin menguras emosi jiwa hhhe..sebenrnya kb udh mengakui perasaannya ke soeun tp caranya yg salah sehingga membuat soeun merasa tersakiti dg perlakuan kb .tp aku suka caranya kb hhhhe.
    Apakah woobin akan ttep merebut hati soeun or malah menjauh demi kebahagiaan adik. Berharap si wobin msh lanjut buat menyaingi sang adik ..mungkin dg begini sang adik..bs lebh iso mengekpresikan perasaanya dg lebih lembut k soeun ;*.

    Ibunya soeun akan segera sadrkah mengingat soeun sangat tertindas d sini or da malah makin gencar menghancurkan jae wook .hmmmm

    Lanjuuut ~
    Hub bumsso mash labil ..lets see in the next part .
    Gapake lama ya thor hhhe

    Thumb up (y)

  16. bojengajeng berkata:

    mian baru komen di part ini. huaaaaa jalan ceritanyaa makin kereeeen. kieain bummpa udh nglakuin itu sma sso eon hehhe dn ternyata belum to wkwkwkkw huaaaa ceritanya makin geregetaaan ceritanya msih blm ketebaak ahaaa thor keren bgt ni ceritaaa. kyknya sso eon dlu suka sma wonbin oppa trs bummoa suka juga sma sso eon tpi kynkya wonbin oppa juga suka sma sso eon hualaah jd cinta segitiga. ayoo dong thor dilanjutyaaaaaaa tetep semangaat keep writing.

  17. ainami berkata:

    syukurlah bum ga jd ngelakuin itu… hehe

    jd ayah sso meninggal tp ibu sso mengira krn dibunuh oleh jae wook..
    dari sinikah semua berawal…? tae hee ingin merebut semua kembali…
    ambisi tae hee kah yg udh bikin semuanya jd kacau dan rumit…??

    blom lagi hubungan bumsso sblmnya, bikin penasaran…
    bum dulu org yg memberikan kehangatan pd sso… sbnrnya hubungan mereka spt apa? sahabat kah…?
    tp sso kliatannya suka sama woo bin, apa ada cinta segitiga diantara mereka sebelumnya…?

    asli penasaran, pengen ada flashback ttg bumsso… hehe

    author ditunggu lanjutannya ya… 😀

  18. nur azizah berkata:

    aku suka bnget sma ff ni
    kasihan so eun pasti dia tertekan bngt, harus y kim bum gx benci sma so eun yg harus y kim bum benci ibu y so aja jngan so sma so hyun jga..
    Next part y jngan lma2 y thor..

  19. Ikfina berkata:

    Ff nya seru banget.
    kisah cinta yang rumit,
    next partnya jangan lama-lama 😀

  20. Natalia berkata:

    Sedikit memahami kisah masa lalu mereka,,,kasihannnn bumsso…sama 2 tertekannnn,,,nyesekkkk banget bacanyaaaa…..ceritanya menarikkkkk bangetttttt

  21. Irnawatyalwi berkata:

    makin ok ni ff, eh smw org pasti prkiraanx mlest trmasuk aq kirain bum bnar2 mlakuknx untg g jdi, bum i2 sbnrx gmana si htix bnci so eun iya tpi sprtix dia jg cnta n syg sso, oh ya tdi wkt bc ff in aq nangkap brta kyakx sso i2 suka ma wobin bnarkah sm0ga sja sso suka krn kagum bukn suka krn cnta krn sso hanya untuk bum ah

  22. nova berkata:

    kyaaaaa ni ff kapan dilanjutin lg……………. ayo dong thor dilanjutin makin penasran…….
    soalnya ni ff makin seru aja…….

    next ya thor

    mianhe ya baru komet sekarang………..

  23. Tambah seru ceritanya
    Ternyata bumsso punya hubungan dimasa lalu ❤ 😮
    Sedih banget lihat hubungan bumsso sekarang 😥
    Lanjut thor tapi jgn buat bumsso berpisah 😦

  24. Trnyta nggak trjdi apa2, untunglah pdhal part sblumnya udah ngira kim udah mlakukn hal itu. Tp hal yg nggak prnah kuduga adalah mreka punya hbungan yg baik d masa lalu. Yg dlunya cnta skrng jd bnci, dndam dan pnuh amarah. Apa sso msh mnghrapkan won bin?

  25. Arini berkata:

    Seru banget ceritanya…..feelnya dapet banget…
    Kirain tadinya BumSso pacaran ternyata cinta Kim Bum bertepuk sebelah tangan…..
    Kapan Sso cinta sama Kim Bum….
    Buruan d lanjut ya….jangan lama2

  26. Anggun_lee berkata:

    Kasian bumsso mreka hrus menderita

  27. nenkfa berkata:

    kirain kimbum udah nglakuin hal yang nggak-nggak sama soeun, hufh, udah deg-deg an aja, !!!
    Cinta segitiga antara soeun, kimbum & woo bin, hadeuh rumit banget yaa,, -_-
    pada siapa nih soeun bakal melabuhkan hatinya?? apa kimbum atau woo bin?? apa nggak keduanya?? ahh, bikin penasaram aja lyla,, lanjuut,,,!! jangan lama-lama yaa,, hehehe 😀

  28. Iien utsukushi berkata:

    aaahh…ini cinta segitiga. apa kim bum membenci so eun karna hal ini? so eun menyukai woo bin?

    apa so eun dan ibunya akan pergi?
    penasaran dg apa yg akan terjadi selanjutnya….
    ditunggu next partnya… 😀

  29. Rani Annisarura berkata:

    tambah seru ceritanya,, dan ternyata kim bum nggak ngelakuin ‘itu’ ke so eun… Syukurlah…..

    Semua rahasia tentang masa lalunya tae hee udah diketahui,, tapi bakalan ada apalagi di part selanjutnya???

    Next part

  30. pipip berkata:

    Wuaaaaa ff ini mncul senangnya
    Nmbah seru ceritanya sedkit2 rhasia masa llu mulai terungkap ya
    Tpi kyknya kimbum udh gak kuat lgi ya mendem sndrian
    Apalgi soeun yg udh mulai mn5drkan taehe ata klkuannya
    Gak sbar bca next partnya dtnggu eon

  31. iin.beomsso berkata:

    jadi kimbum gak nglakuin itu ke soeun…. syukurlah 🙂
    udah mulai terbongkar nih rahasia”nya….
    dulunya tae hee dan yi hyun sahabatan,, tp waktu suami’a tae hee meninggal dia menuduh jaewook suami yi hyun yg telah membunuh’a dan krn perusahaan’a bangkrut tae hee menjebak jae wook agar mau menikahi’a krn dia tdk mau hidup miskin dan mau mendapatkan harta’a….
    dan soeun, kimbum, woobin seperti’a mereka dulu jg sahabatan.. tp soeun suka sama woobin, dan woobin kayak’a jg menyukai soeun tp dia mengalah krn kimbum jg menyukai soeun….. ahh makin seru nih cerita’a…. semoga semua’a segera mendapatkan kebahagiaan mereka masing”… sedih liat kehidupan mereka kayak gini,, miris bgt….
    lanjuuut lila,,,,,, jgn lama” yaaa 😉 😉

  32. Margaretha berkata:

    Oops ternyata salah ,, Kimbum ga ngelakuin hal ‘itu’ pada Soeun.. Kenapa jd ribet gini sih kisah cinta mereka..

    FF’a bagus.
    Next –>

  33. yulie_bumsso berkata:

    jiahhh eon ff n daebakk..sungguh sdih bggett yakk..trnyataa so eun itu mendem rsa sma woo bin dan woobin kek n jga syag so eun tapii dia nglah sma kimbum..huhuu krna dia tau adiknya syag sma dia jiahhh miris bgget yakk ksah cnta n…:( so eun dan kimbum bnar2 dahh bikin mewekk..kimbum berusaha u/k ntupi gak ska so eun ituu miris bggett..huhuuu..
    krenn gimana sma lnjutannyaaa..dan sdih bgget pas so eun sma ibunyaa..sgtuu syangnyaa ya ibunya sma anak2 n..ituu bikin sdih bggett..:'( eoomanya so eun gak mau anaknya hdup ssah hanya itu rla ngelakuin smuanyaaa..wuaaaa..lnjutt eoonieeee..

  34. vonnysumali berkata:

    aku yakin sso suka pada kimbum… hanya perlu waktu… ia mengagumi woo bin tapi bukan cinta! tapi perlu bukti dari author….

  35. YeojaNiel berkata:

    Author part lanjutannya dipercepat dong. Soalnya suka lupa sama cerita sebelumnya. Ffnya bagus padahal, tp terlalu lama. Next part cepet thor.

  36. choinhyun22 berkata:

    Aaaa…
    Aku mulai paham sekarang..
    So Eun itu sahabatan sama Kimbum. So eun suka sama woobin. Kimbum suka sama So eun.. Dan untuk woobin sendiri, mungkin dia juga suka So Eun..

    Menarik2…

    Ah, jadi rahasia lainnya itu.. Karena Taehee nyangka yang bunuh suaminya itu Jaewook??

    Seru.. Seru..
    Next part jangan lama2 ya 😀

  37. kmajng9972 berkata:

    sebenernya apa yang terjadi thorr… bener bener misterius.. apa sebelumnya ssonni itu suka sama woo8bin dan kim bum suka sama ssonni? Cinta segitiga gitu?? Ohh author… please.. waiting for the next part!! jan lama lama yaa thorr.. penasaran banget ㅋㅋㅋ화이팅!!!~~

  38. kmajng9972 berkata:

    sebenernya apa yang terjadi thorr… bener bener misterius.. apa sebelumnya ssonni itu suka sama woobin dan kim bum suka sama ssonni? Cinta segitiga gitu?? Ohh author… please.. waiting for the next part!! jan lama lama yaa thorr.. penasaran banget ㅋㅋㅋ화이팅!!!~~

Tinggalkan Balasan ke vonnysumali Batalkan balasan